
Presiden Joko Widodo beserta jajarannya menggelar rapat terbatas guna membahas terkait ketersediaan minyak goreng di Tanah Air, Selasa (15/3). Foto: setneg.go.id
HEBOH minyak goreng akhir-akhir ini ternyata juga membuat heboh istri di rumah. Pasalnya, dia ikut terkena provokasi orang-orang yang antre minyak goreng beberapa hari yang lalu di sebuah supermarket dekat tempat tinggal.
Dari antre itu, saya melihat dia sudah mendapatkan minyak goreng bermerek dengan ukuran dua liter. Itu pun, katanya, diberi seseorang yang ikut antre di sana.
Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu pusing dengan kehebohan minyak goreng. Saya hampir tidak peduli lantaran saya merasa tidak butuh minyak goreng. Tapi ternyata, secara tidak sadar, suatu saat saya ingin makan tempe goreng.
“Lauknya apa?” kataku ketika mau makan sore.
“Gak ada,” katanya ketika menyediakan mie instan goreng campur telur oseng-oseng sayur sawi.
Yup, mie instan goreng memang tidak butuh digoreng. Orang sudah banyak yang tahu cara memasaknya. Cukup direbus matang lalu diaduk dengan bumbu goreng. Jadilah sajian khas menggugah selera.
Hanya saja, rasanya kurang lengkap jika tanpa ada lauk, minimal satu atau dua potong tempe goreng. Masalahnya, ibu-ibu ‘sedunia’ Indonesia sedang dilanda krisis minyak goreng!
Saya ingin negara harus hadir dan menyelesaikan krisis minyak goreng ini. Solusi diharapkan secepatnya agar makan tempe goreng segera bisa dinikmati dengan mudah seperti sedia kala.
Seperti yang sudah dijanjikan, usai kemah di IKN Kalimantan Timur, Presiden membahas masalah kelangkaan minyak goreng, Selasa (15/3).
Rapat memutuskan pemerintah akan menyubsidi harga minyak kepala sawit curah sebesar Rp14.000 per liter. Sedangkan harga minyak kelapa sawit dalam kemasan lain menyesuaikan nilai keekonomian.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memastikan bahwa minyak curah dan minyak kemasan semuanya tersedia di pasar.
Esoknya, Rabu (16/3), stok minyak goreng kemasan tiba-tiba melimpah di supermarket. Stok-stok yang kemarin kosong, hari itu juga langsung penuh. Hanya saja harga minyak goreng kemasan naik, di atas 23 ribu per liter.
Saya mengamati pergerakan harga minyak curah dan minyak kemasan di Pasar Pandan Sari dan Klandasan di Balikpapan. Memang terlihat pergerakan harga mulai terjadi dari tanggal 14 Maret dan 15 Maret 2022.

Membaca berita hari ini, Jumat (18/3), Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkap ada yang membuat stok minyak goreng langka dan harganya mahal.
Menurutnya, Kementerian Perdagangan telah menggelontorkan jutaan liter minyak goreng, tapi di lapangan tidak sampai ke tangan masyarakat.
Ia menduga ada mafia yang membuat minyak goreng langka di pasaran. Bahkan, menurutnya, mafia minyak goreng meraup untung hingga Rp 9 miliar.
“Jadi ketika harga berbeda melawan pasar, dengan permohonan maaf Kemendag tidak dapat mengontrol karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat. Kita punya datanya, tapi sedang diperiksa Polisi dan Satgas Pangan, keadaannya sangat kritis dan mendesak. Ini tidak bisa dikesampingkan sifat manusia yang rakus dan jahat,” kata Mendag Lutfi, seperti dikutip dari kumparan.com.
Jika memang demikian, saya mendukung Mendag bersama Kapolri mengungkap adanya mafia minyak goreng ini. Terus terang, kehebohan minyak goreng memicu hal-hal lain yang membuat masyarakat gaduh dan stabilitas ekonomi terganggu. Pemerintah jangan mau kalah dengan mafia.