
Masjid Diponegoro Surabaya. Foto: dok. pribadi
Saya baru dua kali ke masjid ini. Kamis pekan lalu, dan hari Selasa siang di penghujung 2019. Saat itu saya mampir sebagaimana seseorang dalam urusan muamalah di sebuah toko di dekat masjid ini. Apalagi saya juga sedang perjalanan jauh, lebih dari 500 km.
Dulu, yang saya tahu di tempat ini tidak ada masjid. Ingatan saya menerawang di sini hanya ada sebuah musala. Orang Jawa sering menyebutnya langgar atau surau.
Apa bedanya masjid dengan langgar?
Yah, orang bilang disebut langgar itu biasanya memiliki ukuran kecil, sedangkan masjid ukurannya luas. Masjid biasa dipakai untuk Jumatan, rutin dipakai salat berjamaah 5 waktu, dipakai itikaf, dan syarat lainnya. Correct Me If I’m Wrong.
Mendengar cerita itinerary perjalanan saya, seketika Ibu saya langsung mengingat Masjid Diponegoro ini. Kata beliau, kadang menggunakan tenda sampai menggunakan sebagian Jalan Raya Diponegoro.
“Kalau Jumatan sampai menutup sebagian jalan,” kata Ibu saya.
Oiya? Seketika saya jadi tambah penasaran. Saya teringat ada seorang tour guide yang pernah berujar di Madinah Arab Saudi sana tidak ada istilah langgar atau surau.
“Di sini tidak ada yang namanya langgar atau musala, yang ada masjid semua…” katanya. Emm… saya lupa nama orang ini. Tapi saya yakin, orang tersebut tahu persis Masjid Diponegoro ini.
Saya kemudian sedikit kepo mencari tahu perihal Masjid Diponegoro ini dari medsos dan Internet. Setelah ketemu, ternyata dugaan saya benar. Masjid Dipoengoro ini sebelumnya adalah sebuah musala kecil yang digunakan para musafir, entah itu pekerja, tukang ojek, sopir, tukang becak, atau orang yang ada di sekitarnya untuk mampir salat.
Yang membuat saya surprise adalah ternyata salah satu guru mengaji caberawit-nya pernah menjadi seorang menteri. Jika Anda mencari tahu di Google, maka akan mendapat informasi siapa menteri yang dimaksud. Ya, betul. Mas Imam Nahrawi. KRJogja.com menyebut sempat bernostalgia September 2016 yang lalu.
Medio 2017 yang lalu masjid ini direnovasi. Kemudian tahun berikutnya diisi banyak kegiatan-kegiatan, termasuk foto antrian pembagian zakat. Ini bisa dilihat dari jejak foto di media sosial dan video di Youtube. Tahun 2019 yang lalu, dua orang artis pernah mengisi acara disini.
Yah, itulah hasil kepo saya di Internet. Ternyata musala, eh masjid ini ada menyimpan histori. Saya merasa beruntung sempat mampir membasuh muka, merasakan dinginnya air wudhu di siang yang terik, sejuknya ruangan, dan lembut serta bersihnya permadani.
Semoga Allah paring barokah. Aamiin.
Foto-foto dokumentasi.




TERIMAKASIH INFORMASINYA TENTANG MASJID DIPONEGORO
Terima kasih sama-sama…
Terima kasih atas atensi dan tulisan anda terhadap masjid diponegoro. Perkenalkan saya Nurhadi, saksi dan selaku takmir, serta team perubahan status dari langgar, mushola, menjadi masjid diponegoro sekarang ini.. Berbagai rintangan dan hambatan mengiringi niat kami utk menjadikan masjid ini makmur..
Subhanallah… terima kasih… lewat tulisan ini Allah mempertemukan kepada takmir Masjid Diponegoro…
Saya terkesan dengan masjid ini… semoga Allah membalas niat tulus perjuangan para pengurus memakmurkan Masjid Diponegoro ini…
Salam dari Balikpapan