
Mendiang Mbak Lilie dan Mbak Elsa di Instagram.
Sebuah insiden terjadi di Puncak Carstensz, Papua. Dua pendaki, Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono, asal Jakarta dan Bandung, ditemukan meninggal dunia pada tanggal 1 Maret 2025 saat melakukan pendakian menuju puncak tertinggi di Indonesia ini.
Peristiwa ini terjadi saat mereka dalam perjalanan turun dari Puncak Carstensz, yang juga dikenal sebagai Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid.
Keduanya merupakan bagian dari kelompok tim ekspedisi yang terdiri dari sepuluh pendaki lainnya.
“Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di Puncak Cartens, dekat Timika, Papua. Lilie perancang busana di Bandung, Elsa dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984,” kata Andreas Harsono, jurnalis senior yang juga seorang rekannya.
Banyak kemudian netizen mencari informasi kebenaran cerita ini, termasuk saya, hingga sampailah pada akun media sosial keduanya di Instagram. Lilie Wijayanti menggunakan akun @mamakpendaki dan Elsa Laksono @explorewithelsa.
Saya pun tertarik mengunjungi akun media sosialnya dan mengintip aktivitasnya. Kesan saya, luar biasa. Ketika melihat pertama kali cerita Mbak Lilie yang pandai menulis, saya sempat ikut terharu dan memicu untuk menuliskan di grup anak-anak saya.
Menurut saya, keduanya, Mbak Lilie dan Mbak Elsa, sangat menginspirasi pengikut media sosialnya ketika bertemu di pendakian. Saya pun tertarik untuk memasangnya di cover cerita ini, termasuk membaca beberapa komentar yang ada.
Saya kemudian membaca sebuah komentar yang sedikit nyinyir. Ya, akan selalu ada netizen yang dengan polosnya bertanya, kenapa sih mendaki gunung, apa yang dicari? Bukankah memiliki risiko yang sangat berbahaya?
Di Balik Pertanyaan Polos Netizen: “Kenapa Mendaki Gunung?”
“Kenapa sih naik gunung?”. Sepertinya, akan selalu ada netizen yang penasaran dengan hobi yang satu ini. Pertanyaan yang sederhana, tapi seringkali sulit dijawab dalam satu kalimat.
Memang, tidak mudah menjelaskan kenapa seseorang rela bersusah payah mendaki gunung, apalagi kalau yang bertanya belum pernah merasakan sendiri pengalamannya.
Kadang, meskipun sudah dijelaskan panjang lebar, misalnya, tentang bagaimana alam mengasah persahabatan kami, tetap saja ada yang bertanya-tanya.
Mungkin, ini karena setiap pendaki punya motivasi yang berbeda-beda. Ada yang mencari ketenangan, ada yang ingin menantang diri, ada pula yang sekadar menikmati keindahan alam.
Saya mengerti, bagi sebagian orang, mendaki gunung mungkin terdengar aneh atau menakutkan.
Tapi, satu hal yang pasti, setiap orang berhak punya hobi dan alasan di baliknya. Dan, para pendaki juga berhak untuk menjawab atau tidak menjawab pertanyaan itu.
Bagaimana jika balik bertanya: Apa yang membuat Anda begitu penasaran dengan alasan orang lain mendaki gunung? Pernahkah Anda terpikir, apa yang sebenarnya ingin Anda ketahui dari jawaban para pendaki gunung?
Meski demikian, pertanyaan seperti itu sangat menarik bagi saya untuk menuliskannya di sini. Jawabannya kompleks, karena motivasi setiap pendaki bisa sangat berbeda-beda.
Yang jelas, tidak ada satu jawaban tunggal yang bisa menjelaskan mengapa seseorang rela mengeluarkan biaya yang tidak seikit dan menghadapi risiko yang besar untuk mendaki gunung.
Namun, berikut adalah beberapa alasan umum dan penjelasan di baliknya:
1. Tantangan dan Pencapaian (Achievement):
Mengatasi Keterbatasan Diri. Mendaki gunung, terutama gunung tinggi seperti Carstensz, adalah ujian fisik dan mental yang ekstrem.
Banyak pendaki mencari tantangan ini untuk menguji batas kemampuan diri mereka, baik secara fisik (kekuatan, stamina) maupun mental (ketahanan, tekad, kemampuan mengatasi rasa takut dan ketidaknyamanan).
Rasa Bangga dan Kepuasan. Mencapai puncak adalah pencapaian yang luar biasa. Rasa bangga dan kepuasan yang didapat setelah berhasil mengatasi semua rintangan dan mencapai tujuan sangatlah kuat. Ini memberikan sense of accomplishment yang sulit ditandingi.
Sense of accomplishment adalah perasaan puas, bangga, dan bahagia yang mendalam karena telah berhasil mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan suatu tugas yang menantang.
Ini adalah perasaan keberhasilan setelah mengerahkan usaha, mengatasi rintangan, dan mencapai sesuatu yang dianggap penting atau bermakna bagi diri sendiri.
Sesuatu yang memberikan sense of accomplishment biasanya memiliki makna pribadi bagi individu tersebut. Itu adalah sesuatu yang mereka anggap penting, berharga, atau sesuai dengan nilai-nilai mereka.
Singkatnya, sense of accomplishment adalah perasaan positif dan kuat yang muncul dari keberhasilan mencapai sesuatu yang menantang dan bermakna, dan ini merupakan salah satu motivasi utama bagi banyak orang untuk melakukan aktivitas seperti mendaki gunung.
Saya jadi ingat Fiersa Besari yang juga ikut dalam expedisi Carstensz di rombongan berbeda. Ia mendaki Carstensz karena dari sekitar 33 gunung yang dicapainya di Indonesia, hanya tinggal satu, yakni Carstensz atau Puncak Jaya.
2. Keindahan Alam dan Petualangan:
Menyaksikan Pemandangan Spektakuler. Gunung sering kali menawarkan pemandangan alam yang luar biasa indah dan tidak bisa diakses dengan cara lain.
Pendaki mendapatkan kesempatan untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda, menyaksikan matahari terbit atau terbenam dari ketinggian, melihat formasi batuan yang unik, dan menikmati keindahan alam yang masih alami.
Pengalaman Mendalam dengan Alam. Mendaki gunung memungkinkan seseorang untuk benar-benar terhubung dengan alam. Jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, pendaki bisa merasakan kedamaian, ketenangan, dan keagungan alam.
Semangat Petualangan. Bagi sebagian orang, mendaki adalah tentang petualangan, eksplorasi, dan keluar dari zona nyaman. Mereka menikmati ketidakpastian, tantangan baru, dan sensasi menjelajahi tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.
3. Aspek Spiritual dan Refleksi Diri:
Meditasi dan Kontemplasi. Ketinggian dan keheningan gunung sering kali memberikan suasana yang kondusif untuk meditasi dan refleksi diri. Banyak pendaki merasa lebih dekat dengan diri mereka sendiri dan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka (alam, Tuhan, dll.) saat berada di gunung.
Mencari Makna Hidup. Pengalaman mendaki gunung, dengan segala kesulitan dan keindahannya, bisa menjadi momen transformatif yang membantu seseorang merenungkan hidup, prioritas, dan tujuan mereka.
“Panggilan” dari Gunung. Beberapa pendaki merasa ada “panggilan” atau daya tarik yang kuat dari gunung. Mereka merasa gunung memiliki energi atau kekuatan spiritual yang menarik mereka.
4. Komunitas dan Persahabatan:
Ikatan yang Kuat. Mendaki gunung, terutama dalam tim, sering kali menciptakan ikatan persahabatan yang sangat kuat. Pengalaman berbagi kesulitan, saling membantu, dan mencapai tujuan bersama dapat mempererat hubungan antar pendaki.
Merasa Menjadi Bagian dari Sesuatu yang Lebih Besar. Komunitas pendaki gunung sering kali memiliki rasa kebersamaan yang kuat. Mereka berbagi minat yang sama, saling mendukung, dan menginspirasi satu sama lain.
5. Kesenangan dan Hobi:
Kegiatan Fisik yang Menyenangkan. Bagi sebagian orang, mendaki gunung adalah aktivitas fisik yang menyenangkan dan menyehatkan. Mereka menikmati tantangan fisik dan merasa lebih hidup dan berenergi setelah mendaki.
Hobi yang Menantang. Mendaki gunung bisa menjadi hobi yang menantang dan memuaskan. Ada banyak gunung yang bisa didaki, dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda, sehingga selalu ada tantangan baru yang bisa dicoba.
Mengapa Mengambil Risiko?
Meskipun risikonya besar, pendaki yang berpengalaman biasanya sangat sadar akan bahaya tersebut dan melakukan persiapan yang matang untuk meminimalkan risiko.
Untuk itu, para pendaki yang baik dan berpengalaman akan melakukan beberapa hal, sebagai berikut:
- Mempersiapkan Diri Secara Fisik dan Mental. Latihan intensif, aklimatisasi (penyesuaian tubuh dengan ketinggian), dan persiapan mental adalah kunci.
- Membawa Peralatan yang Tepat. Perlengkapan yang lengkap dan sesuai standar keselamatan sangat penting.
- Memiliki Pengetahuan dan Keterampilan. Pengetahuan tentang navigasi, pertolongan pertama, cuaca, dan teknik pendakian sangat krusial.
- Mendaki dengan Tim atau Pemandu Berpengalaman. Ini membantu mengurangi risiko dan meningkatkan keselamatan.
- Membuat Keputusan yang Bijaksana. Pendaki yang baik tahu kapan harus melanjutkan dan kapan harus berbalik arah jika kondisi tidak memungkinkan.
Pada akhirnya, keputusan untuk mendaki gunung adalah keputusan pribadi. Bagi sebagian orang, manfaat dan pengalaman yang didapat dari mendaki gunung jauh melebihi risikonya.
Mereka merasa bahwa pengalaman tersebut memperkaya hidup mereka, memberi mereka perspektif baru, dan membuat mereka merasa lebih hidup.
Namun, yang paling penting untuk diingat adalah mendaki gunung bukanlah kegiatan yang sembrono. Oleh karena itu, persiapan yang matang, pengetahuan yang cukup, dan sikap hormat terhadap alam dan risiko adalah kunci untuk menikmati pendakian dengan aman.