MUMPUNG masih segar, saya ingin mencatat hasil bacaan sore kemarin dengan apa yang pernah saya dengar ketika di Bali, Februari 2022. Tulisan Andreas Maryoto yang berjudul Bahagia, Lalu Sukses membawa saya menuju kenangan itu. Ini penting banget.
Andreas menukil tulisan Lorraine Grubbs, penulis buku How to Create a Happy Workplace, What Award Winning Companies Know yang menyebut sebuah perusahaan dengan tingkat karyawan keluar (resign) tinggi dan karyawannya mengambil terlalu banyak tidak masuk kerja karena sakit, mungkin ada masalah dengan kebahagiaan di tempat kerja.
Lorraine Grubbs sendiri adalah penulis asal Houston dan juga mantan eksekutif Southwest Airlines. Perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan yang membuat bahagia karyawan dan pelanggannya.
Menurut Andreas, seseorang kadang berpikir bahwa dengan sukses melakukan sesuatu, ia akan bahagia. Tetapi, sekarang ini sudah muncul pendapat lain, bahagia lebih dulu baru akan sukses.
Mana yang benar?
Andreas menulis, bagi korporasi, kepastian tentang kedua hal ini sangat dibutuhkan agar mereka bisa mengubah kultur di perusahaan sehingga mendapatkan orang-orang yang mampu berkinerja terbaik dan bisa menyelesaikan berbagai masalah di perusahaan. Tantangan yang berat, seperti pandemi saat ini, membutuhkan orang-orang yang mempunyai kemampuan tinggi.
Apakah pandemi sekarang ini masih juga mempengaruhi perusahaan?
Menurut saya, tampaknya akhir-akhir ini situasi pandemi sudah berangsur-angsur membaik. Pasalnya, pemerintah juga sudah mulai melonggar. Presiden telah memutuskan tadi malam, Rabu (23/3), mudik lebaran tahun ini diperbolehkan meski dengan catatan.
Menkes Budi Gunadi menyebut transisi pandemi ke endemi diputuskan oleh Presiden dengan mempertimbangkan masalah sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lainnya.
Nah, kita patut bersyukur bahwa pandemi sudah berangsur membaik. Perusahaan juga sudah banyak yang pulih dan melakukan berbagai aktivitas pekerjaan dan produksi, meski dengan beberapa keterbatasan seperti tampak di Bali.