
Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura
“… Lagi mendampingi boss berobat,” kata seorang teman yang mengirimkan kabar cuplikan video 13 detik di WhatsApp.
Setelah membuka video, saya langsung menimpali semoga ybs lekas sembuh.
Ia kemudian mengingatkan, bukan dia yang sakit, tapi bossnya.
Lalu saya pun membalas kembali semoga bossnya lekas sembuh.
Titik.
Tak ada balasan kembali. Saya kembali beraktivitas sebagaimana biasa.
Tak ada sesuatu yang istimewa dari kabar dan isi video itu. Itu hal yang biasa. Kabar biasa dari siapa saja yang merasa dekat, merasa nyaman, merasa percaya dan intim membagikan kabar dirinya dengan seseorang.
Dua hari berikutnya, teman tadi mengirimkan fotonya kembali. Kali ini foto selfie dengan wajahnya yang tersenyum lebar di pinggir jalan yang tampaknya bukan di Indonesia.
Kali ini saya mengenali nama penunjuk jalan yang asing yang tidak lazim sebagaimana yang ada di Indonesia. Tidak seperti di Jogja, Bandung, atau Jakarta misalnya.
Apalagi ada sebuah bus yang parkir di pinggir jalan. Bus itu seperti ada nomor serinya. Mirip bus Damri, tapi bukan.
“Hmm… dimana ya? Ada kode SG di bus,” gumam saya.
SG, itu kode Singapore.
Saya langsung membalasnya. “Wah, di Singapore… mantap,”
Mantap karena bisa jalan-jalan ke Singapore di saat lagi krisis seperti ini. Di media sosial, foto-foto di luar negeri sering dikira sedang jalan-jalan dan senang-senang. Lagi banyak waktu dan banyak uang. Haha…
“Lagi mendampingi boss lagi checkup di situ,” balasnya.
Woh! Iya kah?
Saya baru ingat video yang dikirimkan dua hari sebelumnya. Saya buka lagi dan membaca ada tulisan di sana.
“… Mount Elizabeth Hospital,” oh… itu dia.
Awalnya saya mengira dia ada di RS Siloam. Teman saya sering izin keluar tempat kerja sedang berobat di Siloam. Saya juga pernah mengantar berobat anak dan istri di situ. Biasa saja.
Namun, berobat di rumah sakit itu lumayan bikin kantong langsung kempis. Syukurlah saya dan teman-teman mendapat BPJS. Jadinya gratis.
Ketika sempat pernah melihat detail tagihan biayanya pun bikin jantung berdegub kencang. Deg deg cring…
Oleh karena itu, saya masih beranggapan hanya para pejabat tinggi negara dan pengusaha kelas kakap saja yang sering diberitakan media masuk rumah sakit di Singapore itu.
“Wah, rumah sakit mahal nih, bossnya mesti bukan orang biasa nih…” ujarku.
Begitulah… 😁🙏