
Pengurus Daerah Ikatan Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) Kalimantan Timur. Foto: Panitia
“Saya jadi naik mobil, bareng kah?” ajak seorang teman yang akan ikut pelantikan ikatan alumni di Samarinda, Minggu (24/9) kemarin.
Untuk yang kedua kalinya saya kembali mengatakan kepada teman ini, insya Allah saya jadi berangkat berdua dengan istri. Saya ajak istri sekalian karena ada keperluan juga. Saya butuh seseorang yang mendampingi saya dan tahu apa yang saya butuhkan.
Maka, saya susun rencana jauh hari. Saya bahkan menghubungi adik saya di Surabaya supaya mengirimkan celana jeans biru yang tertinggal di sana. Minggu lalu paket celana jeans itu tiba, tapi salah kirim! Ya sudah, beli celana baru saja.
Acara alumni itu ada seragamnya, celana jeans dan baju putih. Saya minta istri pakai seragam yang sama, tapi dia gak mau.
Sekalian saya minta diantar ke sebuah toko yang hanya ada di Samarinda. Toko cabang di Balikpapan lagi tutup. Dugaan saya, mungkin karena tidak ada SDM-nya.
Yup, toko ini butuh SDM yang menguasai alat canggih. Mungkin butuh pelatihan khusus lebih dulu disusul sertifikasi kompetensi. Gak ada kursusnya. Bener deh. Alatnya sulit-lit-lit.
Saya menduga, kalau sampai karyawan itu keluar dari toko itu, kemungkinan ada masalah. Apa masalahnya? Mungkin loh ya. Karena tahun lalu, si karyawan ini minta nota pembelian saya lagi. Syukurnya, nota itu masih saya simpan.
Ok. kembali ke cerita. Sebenarnya istri hanya mau mengantar ke toko di Samarinda itu saja, tidak mau gabung di acara alumni.
“Aku bukan alumninya eh… belokin saja ke Pasar Segiri,” begitu alasannya.
“Ikut masuk saja, lihat acaranya. Ini beda,” kata saya meyakinkan. Pokoknya, kata saya, kalau sampai gak boleh masuk, kita pulang. Akhirnya dia mau juga.
Terus terang tidak ada motivasi apapun untuk terlibat dalam organisasi alumni ini, kecuali cuma ingin belajar. Tidak ada kepentingan apapun untuk mencari keuntungan materi, jabatan, pingin jadi rektor, atau supaya dikira orang pintar, enggak.
“Cuma pingin belajar saja, pingin kontribusi, apa saja yang bisa. Itu saja,” kata saya.
Lho. Bukannya sudah ikut organisasi, di tempat kerja, dimana itu, apa itu tidak cukup? Eh… emm… beda… hehe… terus terang, ingin juga memberi contoh pada anak-anak.
Maka, pukul 4 pagi sebelum subuh saya berdua berangkat naik motor metik rangka eSAF… ngeeeng… Tiba di lokasi. Isi daftar hadir nomor urut 11 dari 79. Masih pagi. Gak telat ding! Semoga ini pertanda semangat yang baik.
Jeprat-jepret. Dibacakan SK. Dituntun ikrar oleh pak Ketum IKA. Makjreng! Wes… rasanya…
Bismillah, semoga Allah paring aman selamat lancar sukses dan barokah. Aamiin.