
KEMARIN di awal tahun 2025 media sosial Tirto memuat hasil survei profesi yang paling tidak dipercaya publik. Hasil survei Ipsos terhadap 500 warga Indonesia menunjukkan profesi yang paling tidak dipercaya yakni politisi. Menyusul di belakangnya pejabat kabinet/kementerian dan polisi.
Sayang, tidak ada penjelasan atau keterangan apapun selain informasi singkat yang ada dalam gambar hasil survei tersebut.
Penasaran, saya minta bantuan AI untuk menganalisis hasil survei ini agar saya paham apa yang bisa dimengerti dari diagram batang ini. Hasilnya cukup menarik. Berikut informasinya.
Memahami Survei
Infografik menampilkan hasil survei yang dilakukan oleh Ipsos, sebuah perusahaan riset pasar global. Survei ini melibatkan 500 responden di Indonesia dan menanyakan tingkat kepercayaan mereka terhadap berbagai profesi.
Hasilnya menunjukkan profesi mana saja yang dianggap paling tidak dipercaya. Survei ini dilaksanakan antara tanggal 24 Mei hingga 7 Juni 2024.
Temuan Utama dan Artinya
Berikut adalah rincian profesi yang terdaftar dan apa yang disarankan oleh persentasenya:
Politisi: Di urutan teratas, 45% responden menyatakan tidak mempercayai politisi. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin memiliki pandangan rendah terhadap integritas atau keandalan politisi.
Hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti korupsi, janji yang tidak ditepati, atau persepsi kurangnya kepedulian yang tulus terhadap kepentingan publik.
Pejabat Kabinet/Kementerian: Dengan 41% responden yang tidak mempercayai mereka, hal ini menunjukkan bahwa persentase yang signifikan dari masyarakat Indonesia tidak memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pejabat pemerintah tingkat tinggi.
Ini bisa mengarah pada kurangnya kepercayaan pada proses pemerintahan atau kekhawatiran tentang bagaimana sumber daya publik dikelola.
Polisi: Sebanyak 41% juga menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap polisi. Ini menunjukkan adanya kekhawatiran tentang penegakan hukum, mungkin karena isu-isu seperti kekerasan polisi, korupsi, atau kurangnya transparansi dalam operasi kepolisian.
Influencer: Sebanyak 25% responden tidak mempercayai influencer. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kekhawatiran tentang keaslian apa yang dipromosikan influencer, baik itu produk atau ide. Mungkin ada persepsi bahwa influencer lebih memprioritaskan keuntungan daripada kejujuran.
Pegawai Pemerintah/PNS: Sebanyak 24% responden menunjukkan kurangnya kepercayaan pada pegawai negeri sipil. Hal ini bisa disebabkan oleh persepsi inefisiensi, birokrasi, atau potensi korupsi dalam layanan sipil.
Pengacara: Sebanyak 24% responden juga tidak mempercayai pengacara, yang mengindikasikan adanya kekhawatiran dalam populasi terkait dengan sistem hukum, dan bagaimana sistem hukum tersebut digunakan, serta motivasi di balik tindakan pengacara.
Hakim: Sebanyak 23% orang tidak mempercayai hakim. Ini menunjukkan kekhawatiran mengenai ketidakberpihakan sistem peradilan.
Eksekutif Periklanan: Sebanyak 18% responden tidak mempercayai eksekutif periklanan. Ini menyiratkan adanya skeptisisme terhadap kredibilitas iklan dan metode yang digunakan untuk mempromosikan produk dan layanan.
Pemimpin Bisnis: Sebanyak 17% responden menunjukkan kurangnya kepercayaan pada pemimpin bisnis. Ini bisa mengindikasikan skeptisisme umum tentang etika bisnis besar.
Jurnalis: Dengan 15% orang yang menyatakan tidak percaya, ini menunjukkan adanya kekhawatiran tentang bias media atau keakuratan pelaporan berita.
Makna Keseluruhan
Kepercayaan pada Institusi: Survei ini menunjukkan tren umum ketidakpercayaan pada banyak institusi yang kuat, terutama yang terkait dengan pemerintah, penegakan hukum, dan politik.
Dampak Potensial: Rendahnya kepercayaan pada profesi-profesi kunci dapat memiliki beberapa efek. Hal ini dapat menyebabkan ketidakikutsertaan dalam politik dan sistem peradilan, sinisme, dan hilangnya keyakinan pada keadilan struktur sosial. Hal ini juga dapat mendorong ketidakstabilan politik, kerusuhan sosial, dan kurangnya partisipasi ekonomi.
Perlunya Tindakan: Hasil survei ini dapat digunakan oleh berbagai organisasi untuk meningkatkan pelayanan mereka kepada masyarakat dalam rangka membangun kembali kepercayaan.
Catatan Penting:
Survei memberikan gambaran opini publik pada waktu tertentu. Penting juga untuk diingat bahwa ada berbagai sudut pandang di antara masyarakat dan bahwa survei ini menangkap persepsi umum dari 500 orang.