
Pekan lalu ketika ujian akhir semester di awal tahun 2019 tiba, saya memberikan soal ujian pada mahasiswa dengan cara seperti waktu-waktu sebelumnya. Soal dicetak di kertas yang dibagikan mahasiswa, lalu masing-masing mahasiswa menulis jawaban di lembar kertas folio.
Tapi, tahukah Anda apa pekerjaan yang paling berat bagi seorang dosen? Ya. Mengoreksi ujian!
Meski sudah pernah menggunakan Google Classroom, Schoology.com, atau aplikasi semacamnya yang bisa meng-handle dan membantu dosen atau pengajar, tapi saya merasakan masih banyak kekurangannya, yakni butuh akses Internet.
Dari pengalaman selama satu semester ini, dan terakhir seluruh komputer yang ada Laboratorium Komputer saat ini sukses digunakan untuk Ujian Calon Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Balikpapan beberapa waktu lalu, saya pikir kenapa tidak dimanfaatkan saja?
Hari Kamis (3/1) yang lalu, saya coba menguji jaringan lokal kampus dengan menyalakan sebuah server yang saya bangun setahun yang lalu. Tak tanggung-tanggung. Untuk menguji jaringan lokal dan beberapa komputer terhubung, saya letakkan soal untuk diambil 9 mahasiswa. Done! Success and Completed. Semuanya berhasil mengambil soal. Alhamdulillah.
Dari hasil pengujian ini, saya tingkatkan lagi dengan memanfaatkan aplikasi Cloud yang ada di server itu. Hari Jumat (4/1) saya uji kembali kepada 6-7 orang mahasiswa. Done. Berhasil.
Keberhasilan ini mendorong saya untuk menghadapi ujian dengan jumlah peserta ujian yang lebih banyak lagi. Dari daftar presensi ada lebih dari 30 orang.

Untuk itu, hari Minggu (6/1) siang, saya mulai berpikir keras bagaimana melaksanakan ujian dengan pertimbangan sebagai berikut.
- Membantu mengoreksi dan menilai hasil ujian dengan teliti, mudah, dan cepat.
- Aplikasi cukup berjalan di jaringan lokal dan cocok dengan infrastruktur yang sudah ada.
- Aplikasi mudah diakses tanpa menginstal apapun kecuali software yang sudah terpasang di komputer laboratorium.
- Aplikasi memiliki bank soal dan memberikan soal acak kepada masing-masing peserta ujian. Hal ini untuk meminimalisir kerjasama di antara peserta ujian.
- Aplikasi harus mampu membaca jawaban peserta ujian sekaligus mengoreksi berdasarkan kunci jawaban. Meski demikian, mengingat jawaban berupa sebuah program yang terdiri dari baris-baris kode program, bukan jawaban pilihan a/b/c/d (multiple-choice), maka kecocokan dengan kunci jawaban tidak selalu menjadi tolok ukur atau substansi. Bisa saja baris-baris kode buatan peserta memiliki gaya (style) pengkodean yang berbeda, tetapi setidaknya baris-baris kode mereka mudah dibaca jelas dan hasil luaran (output) yang benar.
- Metode koreksi yang sangat diperlukan adalah membandingkan jawaban antar peserta ujian untuk mendeteksi adanya kesamaan atau kemiripan baris-baris kode program. Kemudian memberikan label pada setiap peserta yang memiliki kecocokan jawaban, mirip atau serupa.
Dan, hari Rabu (9/1) malam, aplikasi siap digunakan untuk pertama kalinya, diikuti sekira 30 orang peserta. Alhamdulillah lancar. Hari berikutnya Kamis dan Jumat juga digunakan jumlah peserta yang sama. Alhamdulillah lancar juga.
Semoga manfaat barokah. Aamiin.