Ketika saya diberi tugas mengajar beberapa kelas paralel dengan jumlah siswa yang cukup banyak, saya mulai mencari ide bagaimana mengoreksi hasil belajar mereka. Salah satu yang membuat saya speechless adalah banyaknya siswa yang melakukan plagiarisme.
Bagi saya, dengan adanya plagiarisme pada hasil ujian, seseorang yang memeriksa hasil pekerjaan dengan isi/konten yang sama justru akan menjadi mudah karena tidak diperlukan effort lebih untuk membaca dengan seksama dan mendetil. Cukup mengidentifikasi bagian-bagian yang sama, lalu coret-coret, diberi nilai, selesai sudah.
Tapi…
jika yang dikoreksi itu jumlahnya cukup banyak, dan yang dibaca itu hasil plagiarisme, rasanya eman-eman waktunya dan malah bikin pegel linux. Nah, munculah ide bagaimana jika yang membaca hasil atau jawaban ujian itu adalah sebuah program. So, jadi makin ringan kaan kerjaannya. Betul gak?
Akhirnya, inilah hasil membuat program itu. Dengan program sederhana ini, saya dapat menemukan dan membuktikan bagaimana baris-baris kode yang jiplakannya sama persis meski diubah identifier-nya saja. Tidak ada yang istimewa untuk para pelaku plagiat.
Mengapa?
Menurut LIPI, plagiat sebagai bentuk pencurian hasil pemikiran, data atau temuan-temuan, termasuk yang belum dipublikasikan, perlu ditangkal secara lugas. Plagiarisme secara singkat didefinisikan sebagai “mengambil alih gagasan atau kata-kata tertulis dari seseorang, tanpa pengakuan pengambilalihan dan dengan niat menjadikannya sebagai bagian dari karya keilmuan yang mengambil”.
Dengan demikian, alih-alih berharap mendapat nilai akhir A atau B, malah bisa jadi mendapat nilai C, D atau E dan seluruh tugas-tugas yang telah dilalui selama satu semester diabaikan penilaiannya.
Semoga ini semua menjadi pelajaran berharga, bermanfaat, dan barokah. Aamiin.