
Kampus Cheng Hoo Universitas Mulia. Foto: dok. pribadi

Tanggal 1 Febuari, adalah tanggal yang menandakan secara resmi surat izin pendirian perguruan tinggi ini ditandatangani Kementerian Pendidikan Nasional RI. Dulu, 19 tahun yang lalu itu, bersamaan saya wisuda sarjana sebuah perguruan tinggi di Malang.
Kurang dari enam bulan berikutnya, saya baru bergabung disini sebagai tukang ketik. Sampai saat ini pun, profesi tukang ketik ini masih saya jalani. Hanya saja, yang diketik saat ini cukup beragam, baik konteks maupun kontennya.
Kembali ke cerita masa lalu. Kala itu, perguruan tinggi ini masih menumpang di sebuah gedung sebuah bimbingan belajar di daerah Gunung Pasir.
Di gedung yang memiliki dua kelas itu pula saya pertama kali menginjakkan kaki dan menginap semalam. Sekadar menumpang melepas lelah setelah melakukan perjalanan dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ke Pelabuhan Semayang Balikpapan.
Kalau diingat-ingat lagi saat itu, kadang membuat senyum-senyum sendiri. Mesam mesem, kata orang Jawa. Lumayan, banyak sudah asam garam yang dirasakan selama di tahun-tahun awal terlibat dalam pengembangan perguruan tinggi ini.
Pengalaman menghadapi mahasiswa, dengan pengajar, bergaul sesama karyawan, atau melapor dan membuat laporan kepada pimpinan perguruan tinggi ini sampai melapor pada pimpinan kopertis. Usai menikah, melapor kopertis ini pun pernah saya kerjakan sampai menginap tiga hari di masjid. Di tahun-tahun awal itu pula perkenalan dan pergaulan saya dengan dunia luar mulai berkembang.
Dulu, angkatan pertama perguruan tinggi ini hanya 193 orang mahasiswa saja. Menginjak semester dua, beberapa orang terlihat tidak mendaftar ulang. Begitu juga dengan dosen. Sering keluar masuk. Saya ingat, ada yang keluar tiba-tiba tanpa kabar, meski sejatinya ia ada di dekat kampus. Tetapi tidak sedikit pula yang masuk dan keluar dengan baik-baik. Semua itu menjadi pengalaman yang sangat berharga.
Tahun berganti tahun, jumlah mahasiswa semakin meningkat. Bahkan pernah lebih dari 100 persen. Meski tidak signifikan, tetapi jumlah ini mampu dipertahankan selisihnya. Alhamdulillah tidak pernah jatuh nge-drop.
Mereka mahasiswa, baik ketika masuk, kemudian mengikuti proses perkuliahan, hingga lepas dan lulus, semua masih berjalan normal. Sempat juga kampus ini mereka demo. Sempat juga kampus ini berani men-drop-out mereka. Sempat pula mereka membela kampus. Semua itu menjadi kisah yang kadang membuat saya mesam-mesem sendiri.
Kini, di tanggal yang sama, kampus ini serasa rela dilepas. Meski dengan berat hati, namun harus ikhlas menghadapi kenyataan. Karena nama besarnya sudah terlanjur besar. Akreditasinya juga tidak bisa dipandang sebelah mata.
Kini, lebih dari 5.000 mahasiswa tercatat, dan lebih dari setengahnya menjadi alumni yang membanggakan. Tersebar baik di dalam negeri, maupun luar negeri. Ada yang mengabdi pada negara dan swasta. Ada pula yang menjadi pengusaha dan berumah tangga.
Terima kasih STMIK Balikpapan. Sejatinya, di usiamu sekarang ini menunjukkan dirimu semakin matang. Ada banyak cerita dan kisah yang tak cukup dituliskan disini. Biarlah kisah dan cerita itu menjadi catatan saya pribadi yang mungkin berguna untuk anak turun saya suatu saat kelak.
Kini, dirimu melebur bersama ‘saudaramu’. Melebur menjadi satu dan menjadi perguruan tinggi yang bervisi inovatif dan humanis. Ya, humanis, visi yang benar-benar mulia sesuai namanya, Universitas Mulia.
Selamat datang Universitas Mulia, yang terkenal dengan sebutan Kampus Putih (White Campus) dan Kampus Cheng Hoo. Dengan mengucapkan bismillah. Saya, Insyaallah siap bergabung bersama. Berusaha bekerja secara profesional mengembangkan dan meningkatkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat dalam bingkai tri darma perguruan tinggi.
Semoga Allah paring kekuatan, kemanfaatan, dan kebarokahan. Aamiin.