Akhir tahun lalu seorang teman mengabari saya agar ikut berbagi pengalaman atau sharing dalam sebuah pelatihan jurnalistik di Bontang. Pelatihan itu sendiri berjalan selama tiga hari. Diawali Jumat (25/1) malam dan berakhir Minggu (27/1).
Saya diminta sharing selama dua jam tentang pengalaman selama lima atau enam tahun terakhir mengelola website berita dengan sumber daya terbatas. Dengan berbagi, mereka diharapkan terdorong untuk mengimplementasikannya di tempat mereka bekerja.
Di sisi lain, ada kabar teman-teman yang tergabung dalam sebuah klub motor melakukan Trip sekaligus bermalam di puncak Samarinda. Ingin rasanya ikut bergabung, tapi apa daya waktu yang tidak cocok. Saya terikat kewajiban dan tanggung jawab pekerjaan, ceileeeh…
Akhirnya, sudah bisa diduga. Foto-foto mereka bermalam di tenda, berkumpul, dan menikmati Sunrise di puncak yang berkabut, dengan sinar matahari pagi yang mengintip tipis dan awan kuning kemerahan violet nan indah, membuat saya makin mupeng.
Setelah menonton beberapa video di Youtube, puncak Samarinda ternyata memang indah. Ada lagi yang juga tak kalah indah di tempat yang sama, air terjun di batu bersusun. Wah, keren… Inilah yang membuat saya makin penasaran ingin melihatnya secara langsung.
Setelah mempelajari rute jalan menuju lokasi, saya pun memutuskan untuk bermotor dan berencana mampir di air terjun puncak. Dengan modal pengalaman keluyuran backpacking bareng anak istri di Bali di bulan Juni tahun lalu, saya pun melakukan persiapan.
Di sinilah awal saya merancang perjalanan sendirian, Solo Trip, Solo Touring Balikpapan Bontang. Diawali dengan mengganti spare part, ban depan, dan ban belakang. Termasuk membeli tangki bahan bakar dan rantai satu set di toko online.
Sayang sekali, tangki yang saya terima bukan yang asli. Kualitasnya pun kurang bagus. Batal dipasang deh. Sedangkan rantai terlalu pendek. Kurang tujuh atau delapan buah mata rantai. Kesalahan saya adalah salah memilih ukuran. Saya mengira, panjang rantai Megapro sama dengan panjang rantai New Megapro. Saya putuskan segera membeli rantai terpisah.
Saya harus memastikan semua onderdil dalam kondisi bagus dan berfungsi baik untuk perjalanan jarak jauh. Termasuk mengganti busi baru. Hanya satu yang belum sempat dibeli, aki. Sebenarnya aki termasuk prioritas untuk diganti dengan yang baru. Tetapi tanpa aki, tampaknya lampu sein, starter, dan yang lainnya masih berfungsi baik, kecuali meter RPM (rotary per minute) yang njendal-njendul.
Selain persiapan kendaraan, saya perlu mempelajari informasi terbaru medan jalan antara Balikpapan, Samarinda, dan Bontang. Dari Google Map terpantau jarak 231 km. Dengan demikian, jarak pergi pulang kurang lebih 460 km. Jarak yang kurang lebih sama dengan jarak yang Mario Iroth dan partner-nya tempuh dalam satu hari sejauh 500 km.
Saya bersyukur dapat mengambil pelajaran dari apa yang dibagikan para rider di Youtube. Pengalaman Mario dan partner-nya terasa sangat bermanfaat bagi para rider pemula seperti saya.
Selain Mario, saya juga telah lama mengikuti kisah perjalanan Kinga Tanajewska, adventurer dan rider wanita dari Australia di channel-nya, onherbike.
Terus terang, saya terkesan dengan mereka. Berani melakukan perjalanan sangat jauh seorang diri ataupun berdua, dan mampu bercerita dengan baik melalui videonya. Sangat profesional.
Saya menjadi suka kepada para rider seperti mereka. Bukan sekadar bercerita tentang kesenangan berkendaraan saja, mengebut di jalan raya misalnya. Tetapi mampu menghadirkan pesan-pesan humanis, sosial, dan kepedulian.
Mereka juga melakukan aksi charity atau memberi pesan bagaimana bergaul dengan sesama rider maupun penduduk setempat untuk berbagi makanan dan ataupun penginapan.
Saya makin terkesan ketika ego mereka di jalanan nyaris tidak tampak. Misal, tidak tampak semena-mena atau sangat berkuasa ketika kelompok mereka berkendara di jalan raya yang padat. Ia baru menunjukan rasa kesalnya ketika ada sedikit masalah dengan petugas di jalan raya atau di pos penjagaan yang mempersulitnya.
Ok deh. Berikut dokumentasi perjalanan saya melakukan Solo Touring Balikpapan Bontang untuk pertama kalinya sejak 19 tahun yang lalu, selama tinggal di Kalimantan. Lantaran tak ingin terlalu malam di jalan, saya melewatkan air terjun puncak Samarinda.
Cek saja videonya disini. Semoga manfaat barokah. Aamin.