Hari Minggu (3/3/2019) ini rasanya cukup pas untuk diisi kegiatan bareng istri yang sudah beberapa kali tertunda. Kegiatan itu adalah Sunday Morning Ride, mengendarai motor di Minggu pagi.
Tujuan kali ini adalah ke Tahu Sumedang Samboja yang berada di pertengahan poros Balikpapan Samarinda, di kilometer 50. Pasalnya, ibunya anak-anak tempo hari titip ingin dibelikan oleh-oleh tahu ini. Saat itu, saya belum sempat mampir membelinya ketika perjalanan pulang Solo Touring dari Bontang akhir Januari lalu.
Rute Sunmori kali ini melewati Pasar Sepinggan, kemudian menyusuri jalur timur menuju Manggar, Teritip, hingga pertigaan Samboja.
Menurut Google Map, jalur timur ini mencapai 62,4 km dengan waktu tempuh 1 jam 36 menit. Sedangkan jalur barat sejauh 65 km sampai Kampung Baru kembali ke Sepinggan lagi.
Selama menyusuri jalanan, kami mengambil momen dengan merekam peristiwa yang sekiranya menarik. Saya siapkan sebuah kamera untuk merekam. Terinspirasi video Mario Iroth, kamera dipegang oleh ibunya anak-anak yang saya bonceng.
Hasilnya, lumayan lah bisa sedikit bercerita. Seperti misalnya mengambil gambar rombongan pesepeda yang bergerak cepat. Mereka tampak cukup kuat bersepeda jarak jauh, hampir sama dengan jarak yang saya tempuh saat itu.
Tampak seorang ibu dibonceng suaminya berkendara dengan membawa pemotong rumput di belakangnya. Ya, video ini seolah bercerita bahwa ini soal kerja keras. Suami istri saling mendukung.
Selama perjalanan, alhamdulillah, saya cukup menikmati kondisi jalan raya yang saat ini cukup mulus. Meski berada di pinggiran dan perbatasan kota, tetapi jalan raya antara Kota Balikpapan dan Kecamatan Samboja Kutai Kartanegara di sisi sebelah timur Kalimantan ini cukup bagus. Ini berbeda setahun yang lalu yang masih terdapat banyak lubang.
Meski demikian, memasuki Samboja masih ditemukan jalan raya yang rusak. Tepat di jalan yang rusa itu ada terpasang banyak spanduk calon anggota legislatif. Saya sampai saja menduga, mungkin saja jika mereka terpilih akan memperbaiki jalan yang rusak itu.
Sesekali kami menjumpai beberapa pemotor yang juga tampaknya suami istri. Mereka juga tampak seperti rider yang tengah dikejar sesuatu. Berlari kencang, mak wusss…
Tampak rombongan anak-anak usia SD atau SMP yang berpakaian toga naik mobil bak atau pick-up. Saya hitung, ada sekitar 20 orang saat itu. Mereka sepertinya akan mengikuti wisuda di sebuah tanah lapang. Kata ibunya anak-anak, mereka mengikuti wisuda tahfidz Alquran.
Kami terus berkendara, kemudian berhenti sejenak di bawah jembatan Sei Merdeka. Disini, tampak suasana sejuk. Saya heran, air sungai ini cukup tenang. Tidak tampak mengalir deras. Tampak truk tangki menyedot air dari sungai ini. Termasuk bangunan biru di bawah jembatan seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat.
Setiba di depot Tahu Sumedang, kami menjumpai para pemotor tiba dari arah Samarinda. Mereka juga tampaknya rehat sejenak. Dari plat nomor mereka, sepertinya berasal dari Banjarmasin. Cukup jauh. Di antara pengunjung Tahu Sumedang, juga ada yang membawa mobil bersama keluarga dan orang tua mereka.
Ibunya anak-anak kemudian membeli tahu dan sekotak gorengan yang sejak awal dia inginkan. Ada beberapa kotak tahu yang ia beli. Termasuk satu kotak tahu untuk nenek tercinta. Kami cukup menikmati sajian gorengan yang ada disini. Meski harganya di atas harga rata-rata gorengan kaki lima, namun saya rasa masih wajar dan kurup. Worth it lah. Ada harga, ada rasa.