
Seorang teman memberi tahu bahwa komputer si Fulan terkena Ransomware. Komputernya tiba-tiba masuk mode jadul. Ada pesan yang dia terima bahwa semua data yang ada di komputernya itu telah diproteksi alias tidak bisa dibuka lagi.
Untuk membuka proteksi file-file itu, dia diminta membayar pada pemberi pesan lewat taut URI pesan tersebut. Herannya, si Fulan ini santai-santai saja, malah tertawa-tawa lagi. Sebaliknya, tentu saja, saya menganggap serangan Ransomware ini masalah serius! Serius banget pokoknya!
Pasalnya, ya… seperti biasa, orang yang bekerja di depan komputer selalu dan selalu berhubungan dengan data. Sembarang kalir data disimpan di komputer. Itu kerjaan saya. Masalahnya, jika terjadi failure, entah disebabkan oleh program virus, perangkat keras rusak, bencana, atau apapun itu, terjadi pada data yang ada di komputer, begh… Maka hendaklah istirja! Tetap berusaha dan bertawakal lah!
Meski begitu, rasanya tidak rela jika terjadi failure akibat perbuatan virus komputer. Apalagi virus yang sangat merusak! Apa sih yang dipikirkan orang yang bikin program virus itu? Kok, mereka semena-mena sekali menganiaya orang lain, meski orang lain itu tak bersalah padanya. Kalaupun bersalah, orang tetap saja tidak berhak menganiayanya! Artinya, tidak ada alasan untuk berbuat zalim!
Eitt… sebentar. Betulkah kita benar-benar bersih dan tidak menganiaya orang lain?
Berhak merasa telah dianiaya mereka, dan mengatakan bahwa sesungguhnya merekalah, para pembuat virus itu, adalah orang yang menganiaya?
Jangan-jangan kita sendiri terbiasa menggunakan software bajakan? Sistem operasi Microsoft Windows bajakan, Microsoft Office bajakan, dan software lain bajakan?
Hayoo… coba sama-sama instropeksi diri.
Para pembuat virus kemungkinan ada motif lain, yang mungkin saja menyasar, menyerang para pengguna software bajakan. Mereka, para pembajak, telah merampas hak orang lain yang telah berusaha jual-beli secara sah dan halal. Para pembajak, jelas sekali merugikan orang lain. Bukankah pembajakan termasuk perbuatan orang-orang yang menganiaya?
Semoga saya bukan termasuk golongan orang-orang yang menganiaya. Aamiin.
Ok deh… lupakan gerutuan saya di atas.
Meski Ransomware tidak menyerang komputer saya, tak ada salahnya saya juga melakukan proteksi melindungi diri, sekaligus mencari pengalaman. Kata orang, pengalaman memang harus dijalani. Nah, mungkin inilah saatnya saya harus meng-upgrade pengetahuan di bidang teknologi informasi. Halah…
Saya kemudian mencari program Anti-virus. Ketemu. Namanya Eset. Anti-virus buatan lokal dalam negeri. Saya tertarik yang single-user. Satu user satu perangkat. Harganya kurang dari 200rb. Lumayan juga ya…
Tapi ternyata, Windows 10 telah menyediakan Ransomware Protection. Simbol ikonik ‘tameng perang’ Windows Security ada di sisi bawah sebelah kanan layar komputer. Ok, saya hidupkan (On) untuk mengaktifkan Protection ini. Ya, secara default Protection ini tidak aktif. Ini berarti rentan diserang Ransomware.
Setelah On, secara default folder yang ada di Quick Access seperti folder Downloads, Documents, Pictures, Videos, Music, dan Desktop diproteksi. Terbukti, ketika saya mengambil salah satu file Excel yang sudah ada, kemudian mengedit file tersebut, semuanya sukses. Tetapi, file tersebut hanya berhasil terbuka saja untuk dibaca. Berhasil diedit juga. Hanya saja gagal disimpan. Lihat gambar di bawah ini.

Solusinya, saya harus mendaftarkan software mana yang dibolehkan mengakses file-file tersebut. Misal, untuk membuka dan mengedi file ‘jadwal-kuliah.xls’, saya harus mendaftarkan program Excel ke dalam daftar aplikasi yang dibolehkan mengakses file-file pada folder yang diproteksi Ransomware Protection. Tentu ini merepotkan.
Ya, inilah konsekuensi, risiko ketika mengaktifkan protection ini. Risiko lainnya, sistem operasi Windows 10 berjalan (running) berat. Terasa tambah berat, tapi tak lama ringan kembali kok. Mungkin selesai scanning.
Masalah lainnya, banyak program anti-virus melakukan ‘positif palsu’ alias False Positive. Maksudnya, anti-virus kadang menemukan gejala/sinyal/obyek atau tanda-tanda ditemukan virus baru, padahal sebenarnya tidak ada virus atau sesuatu yang berbahaya.