
PM Kanada Justin Trudeau. Foto: Screenshot

KETIKA melihat video Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, saya langsung memelototi beberapa hal. Ini karena ada sesuatu yang menarik. Pertama, kumis dan brewok yang tidak rapi dan memutih. Padahal banyak yang tahu kan, dulu bareng Presiden Jokowi dagu mulus tanpa brewok. Orangnya juga terlihat lebih muda.
Kedua, latar belakang rak buku. Ada dua rak, kiri dan kanan. Tapi Anda perhatikan sekali lagi, buku-bukunya juga berantakan susunannya. Termasuk benda-benda di sekitar buku yang bermacam-macam. Ini Perdana Menteri loh… kelas pemimpin dunia.
Lalu apa isi yang PM Trudeau sampaikan ke publik?
Kanada menderita gelombang baru kasus virus Corona. Ontario Premier Doug Ford menyebutnya sebagai situasi paling membuat orang ‘putus asa’ sejak awal pandemi. Menurut Universitas Johns Hopkins, saat ini ada lebih dari 687.300 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di seluruh Kanada. Setidaknya 17.425 orang telah meninggal dunia.
Awal pekan ini, Trudeau mengatakan bahwa negara tersebut telah mencapai kesepakatan dengan perusahaan farmasi Amerika Pfizer untuk membeli 20 juta dosis lagi vaksin virus Corona. Kanada menambah 60 juta dosis vaksin yang telah diperoleh melalui Pfizer maupun Moderna.
“We are on track to have every Canadian who wants a vaccine receive one by September,” kata PM Trudeau. “The quicker everyone gets vaccinated, the quicker we’re going to be able to get back to a semblance of normality.” tambahnya.
Apa yang bisa dipetik dari ini semua?
Ya, ini menandakan situasi dunia sedang sulit. Sebagai negara besar, Kanada juga negara-negara lain di dunia juga cukup pusing dengan pagebluk virus Corona. Semua negara di dunia tampak sangat sibuk memulihkan dirinya sendiri.
Saya jadi ingat tulisan Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani beberapa hari yang lalu tentang Recovering Global Partnership atau Pemulihan Kepemimpinan Global. Bu Sri Mulyani mengatakan bahwa tahun 2020 Dunia dihadapkan pada tantangan kemanusiaan yang sangat dahsyat, Covid-19 mengancam jiwa manusia dan memorak-porandakan ekonomi sosial dunia.
“Semua negara sibuk merumuskan kebijakan dan langkah extraordinary untuk menyelamatkan negara masing-masing. Anggaran negara menanggung biaya pengobatan akibat covid, membangun rumah sakit dan tempat isolasi, mendukung tenaga kesehatan dan membeli vaksin dan melakukan vaksinasi gratis,” tulisnya.
Bayangkan, anggaran negara banyak digunakan untuk membantu masyarakat miskin, yang kehilangan pekerjaan, UMKM yang terpukul dan dunia usaha yang terancam bangkrut.
“Namun menghadapi ancaman mendunia seperti Covid-19, kepemimpinan global justru tiada. Berbeda pada saat terjadi krisis keuangan global 2008-2009, pemimpin dunia kompak bersama-sama menanggulangi krisis dengan kebijakan fiskal, moneter dan sektor keuangan yang saling mendukung untuk menyelamatkan ekonomi dunia dari keruntuhan,” tulis Ibu Sri.
Ibu Sri menyayangkan, justru di tengah kesulitan pada saat ini, negara-negara besar dunia justru saling bersitegang bersaing untuk saling melemahkan. Kerjasama global menjadi langka. Untuk itulah, ia mengusulkan pentingnya memulihkan kepemimpinan dan kerjasama global termasuk revitalisasi dan reformasi lembaga-lembaga multilateral untuk mengatasi pandemi Covid-19 dan tantangan dunia lainnya seperti perubahan iklim.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan rahmat-Mu dari bahaya wabah pagebluk Corona dan gonjang-ganjingnya negara. Aamiin.