DALAM beberapa bulan terakhir ini saya menerima secara langsung tuduhan-tuduhan yang tidak pernah saya lakukan. Tuduhan itu muncul tiba-tiba dari seseorang yang, mungkin, menurut saya tidak menerima perlakuan saya.
Saya sendiri tidak menyadari apa yang pernah saya lakukan kepada yang bersangkutan sehingga menimbulkan kemarahan dan prasangka sehingga muncul tuduhan tersebut.
Contoh. Saya dituduh mengabaikan telepon dari yang bersangkutan. Akibatnya, saya dituduh membencinya, tidak suka padanya, dan macam-macam kemarahan yang tertahan dari raut mukanya.
Well, sebenarnya bukan mengabaikan. Saat itu saya sedang menerima telepon dari orang lain dan sedang berbicara. Kemudian muncul telepon yang bersangkutan yang lewat orang dekat saya. Tentu saja, saya harus melayani orang yang sedang berbicara dengan saya.
Contoh lagi. Ketika saya sedang makan dan konsentrasi makan, tiba-tiba ada orang yang mengajak saya berbicara. Saya pikir yang bersangkutan ngobrol dengan orang lain. Tapi tiba-tiba dia marah. Saya dibilang ini itu, sampai menjurus pada pendengaran saya yang kurang.
Dua peristiwa itu hanyalah sedikit contoh yang saya alami. Artinya, masih ada lagi contoh pengelaman pribadi yang saya sendiri malas untuk mengingatnya kembali. Saya ingin melupakan.
Contoh baru-baru ini. Suatu pagi saya sedang mengelus simbul, kucing kesayangan anak-anak. Akhir-akhir ini simbul suka marah. Ketika saya elus, simbul menggeram, grrr… ketika tangan saya menyentuh bagian kaki dan alat vitalnya.
Saya kemudian mengabarkan kepada anak-anak bahwa simbul bisa saja saya lepas karena suka menggeram marah. Dugaan saya, simbul ingin kawin.
Anak-anak bereaksi. Si ragil hanya bilang ‘no’. Beres. Tanpa ada lanjutan diskusi. Tapi, si sulung tiba-tiba ngegas. “Buang saja semuanya!” Lho kok?
Ini aneh. Kenapa tiba-tiba ngegas?
Apa yang membuat seseorang itu tiba-tiba menuduh orang lain begini dan begitu. Sementara yang dituduhkan tidak demikian. Mengapa mereka tiba-tiba ngegas? Kan bisa saja dibicarakan baik-baik?
Ternyata memang tidak bisa. Mereka tidak bisa melakukan demikian karena keterbatasan dalam mengelola emosi dan pikiran. Salah satunya mengalami tekanan, entah sedikit atau banyak yang dapat mempengaruhi mental.
Nah, bicara mental, ini ada sedikit paparan kuliah online dari Fakultas Psikologi UGM. Meskipun materi kuliah, tapi saya pikir cukup bagus untuk menambah wawasan tentang literasi kesehatan mental.
Semoga bermanfaat.
Terima kasih sudah berbagi informasi tentang pemahaman literasi kesehatan mental anak dan remaja, yuk bagi yang ingin menambah literasi anda dapat mengunjungi alamat website kampusku ya di https://walisongo.ac.id/ disana banyak info menarik yang bisa meningkatkan literasi kita
Terimakasih atas informasinya min!
BTW, jangan lupa kunjungi website kampusku yaa https://walisongo.ac.id/