Sore itu saya buru-buru pulang kerja karena harus sediakan waktu antre mengisi bensin. Sehari sebelumnya, saya seperti terkena prank antre di waktu pagi. Pasalnya, antrean panjang itu tak bergerak. Menunggu terlalu lama. Ternyata sedang ada isi ulang.
Akhirnya, saya balik kucing keluar antrean. Gak jadi. Mending sementara jadi kaum mendang-mending. Meluncur ke tempat kerja, pasti terlambat, lagi.
Motor ini termasuk irit. Selama akhir tahun 2022 kemarin beberapa kali saya mengisi penuh. Satu tangki motor laki ini muat lebih delapan liter.
Akhir-akhir ini saya pilih Pertamax. Alasannya, pertama antrean tidak terlalu panjang. Bisa kelar cepat. Kedua, gara-garanya viral beberapa waktu lalu kalau Pertamax isunya lebih irit dibanding Pertalite.
Isu? Hmm… gimana ya? Saya rasa karena RON 92, lebih besar dibanding Pertalite 90. Ketiga, harganya turun 1.100 per liter. Oleh karena itu, mumpung ada kesempatan itulah mengisi hampir menyentuh tutup tangki untuk masa pakai tiga pekan.
Kebiasaan dua bulan terakhir mengisi tangki penuh, akhirnya membawa dampak. Tangki KW kaleng-kaleng yang baru tiga tahun beli di Jawa itu mulai ‘terguncang’ mendadak bocor.
Lapisan besi tipis, satu mili atau kurang, tak kuat menahan tekanan. Apalagi ada sisa air hujan yang ikut masuk dan mengendap di lapisan paling pojok dasar tangki. Sisa air inilah yang menyebabkan karat di dasar tangki.
Maka, begitu motor terguncang-guncang di jalan raya, seketika mak crit-crit… percikan bensin menetes dari tangki dalam bercampur karat kuning menciprati kaki kanan. Saya baru mengetahuinya ketika sudah sampai di rumah karena aroma bensin.
“Waduh… kayak apa ini… malam nanti ada pertemuan lagi…” gumam aku.
Saya bersihkan dulu ceceran bensin di motor. Setelah itu, saya tinggal ‘ngopi’ sejenak di dalam rumah. Tak lama, ibunya anak-anak datang.
“Mas, bau bensin…”
Saya tengok lagi. Betul. Bensin mengucur mulai deras. Kali ini sudah tidak terlihat karat. Aroma bensin menyeruak masuk di kamar depan, menyengat. Kukira bocornya menutup sendiri. Haha…
Petang itu, mulailah saya keluarkan seluruh isi tangki. Pindahkan di beberapa botol plastik bekas dan alihkan ke tangki motor lainnya.
Saya minta ibunya anak-anak mengumpulkan seluruh botol plastik yang ada di dapur.
“Gak ada. Sudah dibuang kemarin bersih-bersih…”
Saya minta ibunya anak-anak membelikan dua botol air kemasan 1.5 liter. Simpan airnya, ambil botol plastiknya. Syukurlah. Malam itu akhirnya beres. Kurang lebih delapan liter bensin berhasil dipindahkan.
Izin terlambat mengikuti pertemuan. Menunggu motor satunya yang sedang dibawa berobat si sulung ke dokter. Ternyata pulangnya malam. Ya sudah, pertemuan tinggal kenangan.
Dari pengalaman selama ini, kebocoran terjadi bukan karena ada niat bocorin tangki dengan mengisi bensin penuh, tapi karena ada kesempatan bensinnya menyusup di celah kecil yang membuka.
Selanjutnya? Tentu saja tangki sementara kudu ditambal dan dicat ulang. Tetapi karena ini tangki KW kaleng-kaleng, ada risiko bocor kembali. Ini juga berdasarkan pengalaman tangki asli sebelumnya yang bocor berulang kali.
So, beli baru sepertinya solusi dari masalah ini. Bisa beli baru tangki asli, atau pesan tangki modifikasi yang kuat dan tebal, atau beli motor harian baru dan simpan Honda NMP untuk touring tipis-tipis. Hehe…
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’la paring rezeki yang banyak dan ganti yang lebih barokah. Amin.