TEMPO hari saya mengantar anak ragil kos di Yogyakarta. Dua tahun sebelumnya saya juga mengantar anak sulung kos di Semarang. Kedua kota ini terkenal dengan biaya hidup yang lebih murah jika dibanding dengan kota-kota lainnya di seluruh Indonesia.
Kedua kos anak-anak saya bersebelahan dengan kampusnya masing-masing. Si kakak kadang jalan kaki menuju kampus, tapi tampaknya lebih sering naik motor. Ia punya SIM.
Biaya kosnya saat pertama deal sekira 700 ribuan. Tiga bulan kemudian naik 850 ribu yang dibayar perbulan sampai sekarang.
Adiknya malah sejak awal katanya memilih jalan kaki saja. Tapi, ketika melihat sepeda listrik scooter, dia tergoda untuk dibelikan! Dia sadar belum memiliki SIM. Lah, jauh hari sebelumnya belum mau mengurus SIM.
Biaya kosnya yang mepet tembok kampus di Yogyakarta saat ini Rp 916.667,- sebulan. Fasilitasnya sama dengan punya kakaknya. Hanya saja lebih unggul. Kamar mandi dalam baru diperbaiki. Airnya lebih jos!
Nah. Saya membaca sebuah postingan video reel di media sosial yang menyebut biaya hidup mahasiswa di Yogyakarta lebih murah dibanding kota-kota lainnya.
Mau kuliah di UGM, UNY, atau UMY, biaya hidup bisa ditekan hingga kurang lebih 1.5jt saja sebulan.
Menurut informasi itu, Yogyakarta dan Surakarta kurang lebih biaya hidupnya sama.
Berbeda dengan di Semarang, disebutkan, bagi mahasiswa yang kuliah di Undip, Unnes, Universitas Semarang, dan lain-lain, biaya hidup kurang lebih 2jt sebulan.
Sedangkan kota-kota lain seperti Surabaya, Malang, Bandung dan Jakarta di atas 2 juta sebulan.
Nah, meski Yogyakarta dan Semarang terkenal dengan biaya hidup yang lebih murah, semua berpulang pada orang masing-masing. Ada yang bisa menyiasati hidup hemat, ada yang tidak bisa. Bahkan selalu kurang.
Bagaimana caranya agar bisa hidup hemat?
Salah satunya adalah dengan Frugal Living. Sayangnya, banyak orang mengartikan Frugal Living dengan cara yang ekstrim, yakni banyakin puasa dan mengirit uang.
Menurut saya, ini puasa salah niat, karena niatnya hanya biar hemat. Meski Nabi dulu kalau tidak menjumpai makanan hari itu, maka beliau meneruskan dengan berpuasa.
Ini bukan berarti Nabi salah niat, tapi Nabi memang sudah meniatkan sejak awal untuk melakukan ibadah puasa sunnah di hari tersebut.
Adapun yang dimaksud salah niat puasa itu puasa untuk hemat uang. Niat ibadah puasa dan ibadah lainnya selain karena Allah itu terlarang. Hukumnya syirik kecil.
Sedangkan mengirit uang cenderung menyebabkan orang tesebut menjadi pelit, tidak bisa membedakan mana kebutuhan pokok dan prioritas, mana yang memang sudah seharusnya uang dikeluarkan.
Nah, seperti apa Frugal Living?
Info grafis ini saya dapat dari CNN Indonesia hari ini. Mumpung bagus. Saya simpan di sini untuk dimanfaatkan nanti.
Semoga bermanfaat.