
Pegawai yang masuk lewat jalur ordal dan tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan dalam peliputan dan/atau dokumentasi digital seperti ini akan menyulitkan tim kerja. Foto: dok. pribadi
ORDAL atau “orang dalam” sering digunakan untuk praktik memberikan bantuan atau akses khusus kepada seseorang dalam proses rekrutmen di suatu perusahaan, di luar jalur yang ditentukan. Biasanya tanpa persyaratan tertentu. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan beberapa masalah etika dan keadilan.
Seringkali mereka yang menggunakan bantuan “orang dalam” yang tidak sesuai dengan proses rekrutmen yang ditetapkan bisa menimbulkan berbagai konsekuensi negatif, baik bagi perusahaan, masyarakat, maupun bagi individu yang terlibat.
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil dan meritokrasi, lebih baik jika rekrutmen dilakukan dengan mengedepankan kompetensi dan persyaratan yang telah ditentukan.
Zippia, sebuah website pencari pekerjaan, menyebut sekitar 85% pekerjaan didapatkan melalui koneksi. Sedangkan posisi atau jabatan yang didapat dari jalur koneksi jumlahnya mencapai 70%.
Menurut Zippia, setidaknya 79% orang Amerika Serikat (AS) mengatakan networking penting untuk kemajuan karir mereka.
Sebanyak 41% peserta riset di antaranya ingin lebih sering menghadiri acara networking untuk mendapat pekerjaan dan mempertahankan hubungan. Mereka berpandangan mengenal orang adalah bagian dari membangun karier.
Hanya 48% profesional yang mengatakan bahwa mereka tetap berhubungan dengan jaringan mereka dan 38% mengatakan sulit untuk tetap berhubungan.
Meski demikian, jika koneksi atau jaringan pertemanan digunakan, maka sebaiknya harus dilakukan secara transparan dan berdasarkan rekomendasi yang relevan dengan kualifikasi yang dimiliki. Hal ini diperlukan agar tetap mempertahankan standar keadilan dan etika.
Selain soal etika dan keadilan, ada beberapa sudut pandang tentang penggunaan “orang dalam”:
1. Ketidakadilan dan Ketimpangan Peluang
Merugikan Kandidat yang Memenuhi Syarat:
Jika seseorang mendapat pekerjaan melalui bantuan “orang dalam” tanpa memenuhi syarat yang ditentukan, ini dapat menghalangi peluang bagi kandidat yang telah bekerja keras untuk memenuhi kualifikasi tersebut.
Merusak Sistem Meritokrasi:
Meritokrasi adalah sistem di mana individu dipilih atau diberi kesempatan berdasarkan kemampuan, keterampilan, dan prestasi mereka. Jika “orang dalam” digunakan untuk memberikan keuntungan kepada seseorang, hal ini bisa merusak prinsip dasar tersebut.
2. Dampak Jangka Panjang bagi Perusahaan
Penurunan Kualitas Tenaga Kerja:
Mempekerjakan seseorang tanpa melalui proses rekrutmen yang sah dan terstandar bisa menyebabkan perusahaan mendapatkan karyawan yang kurang berkualitas, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Menciptakan Lingkungan Kerja yang Tidak Transparan:
Praktik ini dapat menciptakan persepsi di kalangan karyawan bahwa kerja keras dan kemampuan bukanlah faktor utama untuk sukses, yang bisa mengurangi motivasi kerja.
3. Penggunaan Relasi Secara Etis
Network yang Sehat dan Transparan:
Memanfaatkan hubungan atau jaringan (networking) adalah hal yang lazim dalam dunia kerja, dan sering kali orang mendapatkan informasi pekerjaan dari koneksi pribadi. Namun, ini tetap harus dilakukan dengan cara yang etis.
Jika seseorang direkomendasikan karena memenuhi kualifikasi dan melewati proses seleksi yang wajar, penggunaan jaringan tersebut bisa dianggap wajar dan tidak merugikan pihak lain.
Rekomendasi Berdasarkan Kompetensi:
Rekomendasi dari “orang dalam” bisa diterima jika didasarkan pada kompetensi, pengalaman, dan kemampuan individu yang direkomendasikan. Namun, jika sepenuhnya mengabaikan persyaratan atau kualifikasi, itu dapat dianggap tidak adil.
4. Konsekuensi Sosial
Merusak Moral dan Kepercayaan Publik:
Ketika praktik semacam ini diketahui secara luas, dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, institusi, atau organisasi yang terlibat. Hal ini juga dapat memperburuk persepsi umum tentang ketidakadilan sosial dan ekonomi.
Menghambat Kemajuan Generasi Muda:
Ketika generasi muda merasa bahwa kesuksesan lebih ditentukan oleh relasi daripada prestasi, hal ini bisa menurunkan motivasi mereka untuk belajar dan bekerja keras.
5. Refleksi Pribadi dan Nilai Etis
Integritas dan Prinsip Moral:
Setiap individu harus bertanya kepada diri sendiri tentang nilai-nilai dan prinsip moral mereka. Apakah mendapatkan pekerjaan melalui jalur “orang dalam” tanpa memenuhi persyaratan tertentu sejalan dengan prinsip integritas, keadilan, dan transparansi?