
Dionne Warwick "That's What Friends Are For" Live at Java Jazz Festival 2018.
PAGI ini saya menerima video kiriman lagu That’s What Friends Are For yang dinyanyikan sang legenda Dionne Warwick.
Selain video, pengirim yang juga salah seorang ‘teman’ saya ini, juga menuliskan sebuah pesan pendek: lagu indah untuk kebersamaan kita.
Apa maksudnya? Terus terang saya masih belum ngeh. Saya belum mengerti apa maksud di balik pesan lewat video ini.
Saya mengira, ia hanya ingin mengungkapkan isi hatinya, tetapi rada malas untuk menulisnya panjang lebar. Apalagi, tulisan panjang sering tidak dibaca, tidak dipahami, dan disalahartikan.
Oiya, seringkali, tulisan panjang juga hanya di-share saja. Di-share, berharap orang lain membaca dan mengambil pelajaran dari tulisan itu, tetapi yang nge-share tidak paham isinya. 😛
Nah, oleh karena itu, bisa jadi, lewat sebuah lagu itulah, pesan-pesannya, ungkapan isi hatinya dapat saya mengerti maksudnya, tanpa kata-kata panjang. Paham lah ikam!
Memang, sekira lebih dari tiga bulan yang lalu saya bertemu dan mengobrol banyak sekali. Ada kurang lebih dua jam. Isi obrolannya macem-macem. Saya lebih banyak mendengarkan ceritanya, menerima saran dan masukan.
Saat itu, ada yang selama ini menjadi pertanyaan saya, akhirnya terungkap dalam obrolan tatap muka itu. Saya, terus terang, sangat berterima kasih atas pertemuan silaturahmi itu.
Disinilah, saya merasakan saya menjadi seorang sahabat untuknya. Mungkin, sama seperti yang diungkapkan dalam lagunya Dionne Warwick, That’s What Friends Are For itu.
Lagu ini bercerita tentang pentingnya persahabatan, tentang pentingnya orang lain dalam kehidupan kita.
Saat ini, lagu ini seperti nasehat untuk kita semua, di tengah viralisme media sosial. Syukurlah, di Internet ada banyak tulisan tentang arti dan makna lagu ini.
Lagu ini, dalam video kiriman itu, dibawakan Dionne bersama Stevie Wonder, Elton John, dan Gladys Knight tahun 1985 yang lalu.
Kala itu, lagu ini menjadi sangat populer lantaran memberikan pesan-pesan optimis. Mengingatkan pentingnya kehadiran seorang sahabat bagi para penderita HIV/AIDS di AS untuk terus menjalani kehidupan dengan optimis.
Tahun 2018 yang lalu, Dionne Warwick tampil solo dalam Java Jazz di Jakarta. Dokumentasinya ada di YouTube. Ia tampak tidak lagi muda. Ada guratan dan kerutan usia di wajah dan suaranya yang bergetar.
Meski begitu, penonton banyak yang larut menyanyikan lagu itu. Ada yang terharu, mengingat masa lalu. Mereka menuliskan ungkapan perasaannya pada kolom komentar.
Meski sudah puluhan tahun berlalu, lagu ini masih dikenang banyak orang, terutama oleh kalangan Generasi X dan Baby Boomers.
Dikenang dalam hal pentingnya persahabatan, dukungan emosional dan empati, dukungan sosial serta mengingatkan masa-masa sulit yang telah lama dilalui bersama sahabat.
Bagi para Baby Boomers, Gen X, dan penggemar musik klasik, lagu ini tetap menjadi favorit sepanjang masa. Gen Z dan generasi baru tampaknya perlu mengenal dan memahami pesan-pesan moralnya.