
Minggu (31/3/2019) kemarin saya menemani si bungsu ‘bertanding’ dalam lomba baris berbaris yang digelar di halaman Kantor Dinas Pendidikan Balikpapan. Menurut sumber, lomba diikuti 56 tim kategori SD, SMP, dan SMA. Masing-masing tim terdiri atas 12-16 orang anggota. Diuji dewan juri yang berasal dari TNI-Polri, Pramuka, dan perkumpulan Purna Paskibraka Indonesia (PPI).
Terus terang, saya baru tahu di kota ini ada lomba atau kompetisi baris berbaris. Maklum, selama sekolah dulu, saya belum pernah mengikuti lomba seperti ini, kecuali sekadar belajar. Kira-kira sekali dua kali saja belajar, selebihnya tidak berminat. Kegiatan baris berbaris kemudian saya ketahui lewat televisi atau media sosial.
Salah satu atraksi atau variasi baris berbaris yang viral beberapa waktu yang lalu adalah video amatir dari Jepang atau China. Mereka membuat formasi yang seolah mustahil bertabrakan satu dengan yang lain ketika berpapasan. Saya menontonnya, kemudian yah… biasa saja, karena tidak menaruh perhatian dan minat.
Namun, ketertarikan saya kemudian muncul setelah menyaksikan secara langsung pasukan pengibar bendera hari kemerdekaan RI yang penuh semangat. Mereka tampak sekali memiliki tekad kuat dan pantang menyerah. Menerjang hujan, lumpur, dan tanah yang becek. Tak peduli seragam, kaos kaki putih, dan sepatu hitam mereka kotor penuh dengan lumpur. Tugas terasa jauh lebih penting dan wajib diselesaikan. Mereka pun akhirnya sukses mengibarkan bendera merah putih dengan baik.
Peristiwa langka itu saya rekam dan saya bagikan tengah malam hari itu juga di Youtube. Tanpa editing yang rumit, terkesan asal jadi. Tapi, saya terkaget-kaget setelah melihat tiba-tiba pergerakan jumlah viewer merangkak naik, cepat sekali. Esok paginya, jumlah viewer menyentuh ribuan. Beberapa hari berikutnya menyentuh puluhan ribu penonton, like, dislike, dan komentar.
Apa sih menariknya baris berbaris?
Saya tidak menyangka si bungsu bersama timnya mengikuti lomba ini. Setahu saya, setiap satu pekan sekali ia berlatih baris berbaris sebanyak 1-2 kali. Latihan itu ia jalani selama satu semester ini usai mengikuti pelajaran sekolah. Menjelang maghrib, latihan berakhir.
Sebelum hari H, tiga hari sebelumnya ia mengabarkan akan mengikuti lomba. Sampai disini saya belum tahu lomba apa, dan baru mendapat penjelasan dari ibunya. Sebagai orang tuanya, saya berusaha mendukung apa yang baik bagi anak dalam usaha Self Improvement atau pengembangan diri.
Pada intinya, apa saja yang telah diciptakan Tuhan Yang Maka Kuasa di dunia ini bukan dengan kesia-siaan atau tanpa ada makna. Hingga daun-daun yang tumbuh di pohon pun, dari hijau ranum, hijau tua, menguning, kemudian berubah coklat dan gugur di atas tanah, memiliki makna yang dapat dijadikan pelajaran hidup manusia.
Apalagi dengan kegiatan baris-berbaris. Ini merupakan bentuk usaha manusia melatih mental dan fisik dari rasa lemah dan putus asa, menjadi percaya diri dan penuh optimis.
Di dalam baris berbaris tampak sekali ada usaha untuk membangun diri melawan ego, melawan rasa malas, dan membangkitkan semangat berjuang tanpa kenal menyerah. Ada usaha melatih sikap dan tanggung jawab dalam sebuah tim, agar terwujud rukun, kompak, dan kerja sama yang baik.
Agar menjadi karakter yang kuat dan meresap di dalam jiwa, terus disiplin berlatih, mengasah dan menempa diri. Tanpa disiplin berlatih, anggota tim bisa tampak berbeda dan tidak kompak.
Oleh karena itu, sambil merekam si bungsu bersama timnya baris berbaris, bersaing keras berbuat yang terbaik, tiba-tiba saya merasa haru dan bersyukur, bahwa sampai disini saya bisa melihat dan mengikuti usahanya belajar dan mengembangkan diri.
Menjadi juara lomba bukanlah tujuan dan hasil akhir. Lebih penting dari semua itu adalah mengambil pelajaran, dengan memaknai setiap laku dan perbuatan yang berarti sebagai bekal hidup di masa yang akan datang.
Semoga Allah memberi jalan kemudahan meraih cita-citamu, Nak. Semoga Allah memberikan aman selamat lancar sukses dan barokah. Aamiin.