
Amy Morin dalam Channel TEDxTalks tentang The Secret of Becoming Mentally Strong. Foto: Screenshot
Saat menulis artikel ini saya sedang akan menyelesaikan salah satu dari lima Pekerjaan Rumah yang pekan depan harus sudah beres. Begitu menyalakan Internet, pandangan saya tertuju pada sebuah video YouTube dari Channel TEDxTalks berjudul The Secret of Becoming Mentally Strong yang dibawakan Amy Morin.
Saya tahu ini adalah distraksi atau gangguan ketika sedang menyelesaikan sebuah pekerjaan. Tetapi seringkali gangguan ini timbul sebentar kemudian hilang terlupakan. Nah, sebelum terlupakan akibat berbagai kesibukan yang akan menghadang pekan depan, saya catat lebih dulu disini karena relevan dengan beberapa artikel dan video yang sudah saya buat sebelumnya di tengah ketidakpastian.
“So, I have a Facebook friend whose life seems perfect,” kata Amy Morin mengawali ceritanya. “She lives in gorgeous and she has a really rewarding career,” lanjut Amy membuka siapa teman yang diceritakannya itu.
Menurut Amy, temannya tersebut sering berpetualang yang menyenangkan di setiap akhir pekan bersama keluarganya. Kemanapun pergi, temannya ini selalu membagi foto-foto yang terlihat cantik, indah, dan menakjubkan. Amy mengatakan, temannya ini mengungkapkan betapa ia merasa selalu diberkati sehingga ia selalu bersyukur atas kehidupan yang dia miliki.
“And I get the feeling that she’s not just saying those things for the sake of Facebook but she truly means it,” pikir Amy.
Kita juga melakukan hal sama ya kan? Tentu sulit untuk tidak melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan teman Facebook Amy itu. “Tetapi cara berpikir seperti itu merugikan kita,” kata Amy. Lho kok?
Menurut Amy, para peneliti telah menemukan bahwa sebuah status yang membuat iri teman-teman di Facebook sebenarnya mengarah pada depresi. Ini seperti sebuah jebakan dan bagaimana cara berpikir kita menanggapi status itu. Pernahkah Anda mengeluhkan sikap bos Anda? Atau melihat kehidupan dan pemikiran teman-teman Anda kemudian Anda mengira “Mengapa mereka sangat beruntung sekali ya?” kata Amy.
Amy mengatakan, cara berpikir seperti itu dapat menggerogoti kekuatan mental kita.
“Ada tiga jenis kepercayaan yang merusak yang membuat kita kurang efektif dan merampok kekuatan mental kita,” kata Amy.
Pertama, kepercayaan yang tidak sehat tentang diri kita sendiri. Kita cenderung merasa kasihan pada diri kita sendiri. Dan merasa tidak apa-apa untuk bersedih ketika sesuatu yang buruk terjadi. Kemudian mengasihani diri melampaui batas. Maka di saat itulah kita merasa memperbesar ketidakberuntungan kita.
Kemudian muncul pertanyaan dalam diri kita, “Mengapa hal itu selalu menimpa diriku?” atau “Aku seharusnya tidak berurusan dengan hal itu,”
Maka menurut Amy, cara berpikir seperti itu akan menjebak kita tetap fokus pada masalah, bukan pada solusi. Dengan kembali fokus pada masalah, maka selalu akan menganggap orang lain lebih beruntung dan lebih baik daripada kita.
Kedua, kepercayaan desktruktif yang merusak diri kita adalah kepercayaan yang tidak sehat pada orang lain. Kita sering berpikir orang lain dapat mengendalikan kita sehingga kita menyerahkan kekuatan padanya. “Ketika Anda berkata, saya harus kerja lembur. Maka di situlah Anda menyerahkan kekuatan Anda,” kata Amy.
Bisa jadi ada konsekuensi atau risiko jika tidak melakukan kerja lembur. “Tapi itu masih pilihan, karena Anda memegang kendali,” kata Amy.
Ketiga, kepercayaan tidak sehat yang menahan kita adalah kepercayaan tidak sehat tentang dunia. “Kita cenderung berpikir bahwa dunia berutang sesuatu pada kita,” katanya. Jika kita bekerja keras, lanjut Amy, maka kita pantas mendapatkan kesuksesan. Menurut Amy, seringkali jika cara berpikir kita seperti itu hanya akan menyebabkan kekecewaan.
Amy mengatakan, orang yang bermental kuat akan berlatih sama seperti orang yang bertubuh kuat. Ketika kita ingin bertubuh kuat, sehat, gempal, maka kita akan berlatih angkat beban, aerobik, fitness, menjaga asupan makanan sehat dan bergizi. Begitu pula juga jika ingin bermental kuat, maka kita perlu berlatih untuk selalu bersyukur, berpikir positif, dan menjaga asupan materi informasi sehat dan bergizi.
Siapa Amy Morin?
Amy adalah dosen di Northeastern University di Boston Massachusetts, Amerika Serikat. Ia juga kolomnis Forbes sebagai mental strength trainer and international bestselling mental strength author. Ia penulis buku bestseller 13 Things Mentally Strong People Don’t Do.
Pada artikel ini saya tidak melanjutkan isi video Amy Morin tersebut. Rekaman video itu menceritakan pengalaman Amy sebagai Psikoterapis yang diperkuat dengan pengalaman pribadinya. “I’m a psychotherapist turned “accidental” author,” tulis Amy pada profil di situsnya.
Menurut Amy, orang yang kuat secara mental memiliki kebiasaan sehat. Mereka mengelola emosi, pikiran, dan perilaku yang mengatur mereka untuk hidup sukses. Belajarlah dari hal-hal yang tidak dilakukan oleh orang yang kuat secara mental sehingga kita juga bisa menjadi lebih kuat secara mental.
Ada 13 hal yang tidak dilakukan orang yang bermental kuat.
1. Orang bermental kuat tidak membuang waktu menyesali keadaan dirinya sendiri.
Mereka tidak berdiam diri merasa menyesal tentang keadaan mereka atau bagaimana orang lain memperlakukan mereka. Sebaliknya, mereka bertanggung jawab atas peran mereka dalam mengarungi kehidupan dan memahami bahwa hidup tidak selalu mudah atau adil.
2. Orang bermental kuat tidak menyerahkan kekuatannya pada orang lain, tidak menggantungkan diri pada orang lain.
Mereka tidak mengizinkan orang lain mengendalikan mereka, dan mereka tidak memberi orang lain kuasa atas mereka. Mereka tidak mengatakan hal-hal seperti, “Bos saya membuat saya merasa buruk,” karena mereka mengerti bahwa mereka mengendalikan emosi mereka sendiri dan mereka memiliki pilihan bagaimana mereka merespons atau menanggapi hal itu.
3. Orang bermental kuat tidak menghindari perubahan.
Mereka tidak berusaha menghindari perubahan. Sebaliknya, mereka menyambut perubahan positif dan bersedia bersikap fleksibel, adaptif. Mereka memahami bahwa perubahan tidak bisa dihindari dan percaya pada kemampuan mereka untuk beradaptasi.
4. Orang bermental kuat tidak membuang energi untuk sesuatu yang tidak bisa dikendalikan.
Mereka tidak suka mengeluh hanya karena kehilangan bagasi atau kemacetan lalu lintas. Memang hal itu berat, tapi dia tahu tidak bisa mengendalikan kemacetan atau kehilangan. Sebaliknya, mereka fokus pada apa yang dapat mereka kontrol dalam hidup mereka. Mereka menyadari bahwa kadang-kadang, satu-satunya hal yang dapat mereka kendalikan adalah sikap mereka.
5. Orang bermental kuat tidak khawatir tidak bisa menyenangkan semua orang.
Mereka sadar tidak bisa dan tidak perlu menyenangkan semua orang setiap saat. Mereka tidak takut untuk mengatakan TIDAK atau berbicara hanya jika perlu saja. Mereka berusaha untuk menjadi baik dan adil, sekaligus dapat menangani orang yang marah jika tidak berhasil membuatnya bahagia.
6. Orang bermental kuat tidak takut perhitungan dalam mengambil risiko.
Mereka tidak mengambil risiko atas dasar kesembronoan atau atas dasar kebodohan, tetapi justru berani perhitungan dalam mengambil risiko. Orang yang kuat secara mental menghabiskan waktu menimbang risiko dan manfaat sebelum membuat keputusan besar, dan mereka sepenuhnya tahu potensi atau menakar kerugian sebelum mengambil tindakan.
7. Orang bermental kuat tidak terkungkung masa lalu.
Mereka tidak membuang waktu memikirkan masa lalu dan berharap saat ini semua hal bisa berbeda. Mereka mengakui masa lalu mereka telah berakhir dan belajar darinya. Mereka tidak terus-menerus mengingat masa lalunya, menghidupkan kembali pengalaman buruknya, atau berfantasi terbuai masa kejayaan dan kesuksesan mereka. Sebaliknya, mereka hidup untuk saat ini dan merencanakan masa depan.
8. Orang bermental kuat tidak membuat kesalahan yang sama berulang kali.
Mereka menerima tanggung jawab atas perilaku mereka sendiri. Belajar dari kesalahan masa lalu. Dengan begitu, mereka tidak terus mengulangi kesalahannya berulang kali. Mereka justru bergerak dan membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.
9. Orang bermental kuat tidak membenci keberhasilan orang lain.
Mereka dapat menghargai dan merayakan keberhasilan orang lain dalam hidup. Mereka tidak menjadi cemburu atau merasa ditipu ketika orang lain melampaui mereka. Sebaliknya, mereka menyadari bahwa kesuksesan datang dengan kerja keras, dan mereka bersedia bekerja keras memiliki kesempatan untuk meraih kesuksesan.
10. Orang bermental kuat tidak menyerah setelah kegagalan pertama.
Mereka tidak melihat kegagalan sebagai alasan untuk menyerah. Sebaliknya, mereka menggunakan kegagalan sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang. Mereka rela terus berusaha sampai mereka melakukannya dengan benar.
11. Orang bermental kuat tidak takut sendirian.
Mereka menghargai kesendirian dan tidak takut berdiam diri, merenung, berpikir, berkomtemplasi. Mereka tidak takut sendirian dengan pikiran mereka dan mereka dapat menggunakan waktunya untuk menjadi produktif. Mereka menikmati perusahaan mereka sendiri dan tidak bergantung pada orang lain
12. Orang bermental kuat tidak merasa berutang apa pun pada dunia.
Orang yang kuat secara mental tidak merasa berhak atas hal-hal dalam hidup. Mereka tidak dilahirkan dengan mentalitas bahwa orang lain akan merawat mereka atau bahwa dunia harus memberi mereka sesuatu. Sebaliknya, mereka mencari peluang berdasarkan kemampuan mereka sendiri.
13. Orang bermental kuat tidak mengharapkan hasil dengan segera.
Apakah mereka sedang berupaya meningkatkan kesehatan mereka atau mendapatkan bisnis baru, orang-orang yang kuat secara mental tidak mengharapkan hasil secara langsung. Sebaliknya, mereka menerapkan keterampilan dan waktu mereka sebaik mungkin dan memahami bahwa perubahan nyata meraih kesuksesan itu membutuhkan waktu.