
Saat presentasi makalah di ROOM 9 KONIK4 dengan ZOOM, Sabtu (13/6). Foto: Tangkapan layar
Alhamdulillah. Akhirnya di ujung Semester Genap 2019/2020 ini saya bisa menyelesaikan penelitian kecil dan publikasi ke dalam sebuah Prosiding Nasional Konferensi Nasional Ilmu Komputer ke-4 atau KONIK4. Menurut informasi, konferensi ini diikuti 2.500 peserta dan 178 pemakalah dari seluruh Indonesia. Waw…
Lantaran masuk dalam masa pandemi Covid-19, konferensi diselenggarakan dalam jaringan Internet atau daring atau ONLINE. Konferensi ini diselenggarakan oleh APTIKOM Sulawesi Tenggara (Sultra) dan disiarkan live di YouTube dan aplikasi ZOOM, Sabtu (13/6) yang lalu.
Menurut panitia, makalah yang diterima akan masuk prosiding dan Insyaallah akan diterbitkan akhir bulan Juni ini. Beberapa makalah yang dinilai bagus oleh panitia akan dimasukkan ke dalam jurnal terindeks Sinta 4 dan 5. Jadi, saat ditulis blog ini, beberapa panitia masih menerima revisi makalah hingga 20 Juni 2020 mendatang.
Bagi saya, ini merupakan kesempatan untuk mendorong kembali kebiasaan saya menulis, tapi kali ini yang agak-agak seriusan dikit. Menulis yang memakai struktur step-by-step, terstruktur, sistematis, dan yang memakai metodologi. Hitung-hitung untuk melatih mental agar tidak asal menulis hehe…
Tak apalah, meski bisa dikatakan mleset jauh dari rencana semula memasukan ke sebuah jurnal dalam negeri yang terindeks Scopus (halah… pret… :-D), tapi minimal melakukan publikasi dan menyelesaikan kewajiban menulis setiap semester. Ke depan memang jika memungkinkan akan rajin menulis, dengan target setiap semester bisa dua kali publikasi. Laa haula walaa quwwata illa billah.

Awalnya, saya mengetahui poster KONIK dari jejaring sosial Facebook yang diposkan seorang teman yang kini tinggal di Makassar. Tak berselang lama, seorang teman juga memposkan poster tersebut ke sebuah grup WhatsApp. Meski setidaknya 10 hari sebelumnya poster tersebut dipublikasikan, tapi saya belum bisa memasukkan hingga hari terakhir batas pengumpulan.
Saya tak bisa katakan bahwa kesibukannya saya luar biasa. Saya sudah menulis di artikel sebelumnya ada 5 buah PR yang menunggu diselesaikan. Keesokannya, saya mencoba mengontak salah satu panitia dan menanyakan apakah masih ada kesempatan memasukkan makalah.
“Semalam sudah ditutup pak,” balas salah satu panitia. Membaca pesan ini seketika rada lemes, pasrah…
“Bisa dikirimkan file via wa saja kami pertimbangkan,” tambahnya selang satu menit kemudian.
Mendapat balasan ini, saya tak ingin menyia-nyiakan waktu. Pagi itu juga hingga menjelang waktu Asar tiba saya selesaikan makalah dan kirim ke WhatsApp. Alhamdulillah. Esoknya saat pengumuman makalah saya diterima dengan nomor urut 158. Luar biasa, ini kerja panitia yang sangat cepat!
Saya jadi ingat di awal semester genap ini pula makalah saya ditolak gara-gara telat juga. Tapi biar lah, life’s show must go on.
Judul makalah saya terkait topik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Action Research. Jenis Penelitian Tindakan ini biasa dilakukan sendiri oleh pengajar, guru, ataupun dosen di kelas yang diasuhnya, dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Di perguruan tinggi ilmu kependidikan, berdasar penelusuran saya, PTK menjadi salah satu mata kuliah untuk jenjang Sarjana.
Apa sih PTK itu?
Begini. Ketika mengajar di kelas, guru atau dosen biasanya akan berpikir keras mengapa siswa ataupun mahasiswanya tidak memahami apa yang sudah ia ajarkan. Guru dan dosen trenyuh, atine nelangsa, setelah melihat hasil assessment anak didiknya. Padahal guru atau dosen tersebut telah begitu banyak berkorban dan berusaha keras mendidik dan mengajar murid-muridnya.
Apa yang salah?
Menurut Stephen Kemmis dan Robin McTaggart, Action Research pertama kali dikembalkan oleh Kurt Lewin di tahun 1946 yang lalu. Kemudian di tahun 1988 diperbaiki oleh Kemmis dan McTaggart dengan sebutan ‘Self-Reflective Spiral‘.
“Kurt Lewin described action research in terms of a cycle of steps of planning a change, putting the plan into action, observing what happened, and re-formulating the plan in the light of what had happened. This way of thinking about action research was popularised in earlier editions pf The Action Research Planner (for example, the fourth edition, Kemmis and McTaggart), especially in terms of what came to be known as ‘self-reflective spiral’.”
Nah, di makalah saya ini, gagasan Kemmis dan McTaggart saya wujudkan, cieleh… maksudnya saya coba kembangkan dengan aplikasi sederhana agar dapat langsung diamati dan dilakukan refleksi oleh guru atau dosen tersebut. Lebih lengkap tentang makalah saya, Anda bisa membacanya di sini.
Semoga manfaat barokah. Aamiin.
Informasi Website terkait Konferensi Nasional Ilmu Komputer (KONIK 2020) Edisi Covid-19, di sini:
https://sites.google.com/view/konik2020/