
Saat ini penggunaan Media Sosial mulai marak kembali. Meskipun saya belum melihat data yang menunjukkan kenaikan dari angka rendah menjadi tinggi. Dengan rasa malas, saya hanya merasakan tingginya lalu lintas informasi tersebut melalui time line status Facebook, IG, Twitter dan YouTube. Ups…
Di sisi lain, peningkatan penggunaan Sosial Media ternyata juga menunjukkan adanya peningkatan depresi yang dialami penggunanya. Loh, kok?
Saya tadi barusan membaca sekilas sebuah artikel tentang munculnya fenomena depresi seiring penggunaan Sosial Media. Berdasarkan pengalaman sepanjang menggunakan Sosial Media, saya menduga fenomena ini mungkin ada benarnya. Atau, mungkin saja terjadi hanya sekian nol koma nol persen saja kenaikannya.
Pasalnya, beberapa kali kasus yang muncul dalam beberapa pekan ini juga memperlihatkan adanya seseorang yang frustrasi atau bahkan memperlihatkan dirinya tidak sedang dalam kondisi sehat secara mental. Dan anehnya, ada yang terus mendukung dirinya atau mengomporinya untuk berbuat tidak sehat.
Saya menduga, ketika muncul rasa suntuk dalam diri seseorang, bete, jemu, hingga naik menjadi uring-uringan adalah lantaran terlalu banyak beban yang ada di memori. Biasanya soal ‘kotoran’ masa lalu yang belum selesai yang masih tertinggal di dalam memori, dibiarkan mengendap, dan tak pernah dihapusnya. Apabila hal ini dianggap biasa dan dinilai akan hilang dengan sendirinya, maka, berdasarkan apa yang pernah saya baca, justru akan menjadi bertambah menumpuk dan akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
Sebagai orang yang selalu bermain hape, saya terbiasa mengalami hape bermasalah. Kadang suatu saat tiba-tiba memori kembali penuh. Akibatnya, hape tidak bisa digunakan menyimpan berkas baru, foto, atau berkas video. Saya menduga, memori penuh gegara saya tidak membersihkan kotoran atau berkas-berkas temporary dalam jumlah besar dan menyita banyak ruang memori. Dampaknya, hape menjadi lemot, nge-lag dan bisa jadi berhenti seketika atau reboot sendiri sebagai usaha me-refresh dirinya sendiri.
Serupa dengan memori hape, memori manusia kadang suatu saat terasa penuh. Ini ditandai dengan gejala susah berpikir cepat, menjadi pelupa, hingga linglung dan mengalami seperti hang. Hal ini membutuhkan upaya untuk mengosongkan kembali memorinya agar dapat kembali sehat sehingga mudah digunakan bekerja kembali sebagaimana mestinya.
Singkat kata, apabila memori hape kita penuh, kita akan mudah mengosongkannya dengan menggunakan tools pembersih yang sudah tersedia di hape kita. Persoalannya, bagaimana caranya mengosongkan memori kita agar kembali fresh segar kembali sehat dan tidak lemot lagi? Kira-kira tools apa yang ada dalam diri Anda sendiri yang bisa digunakan untuk membersihkan kotoran dalam memori Anda agar sehat kembali?
Tulis tips Anda di bawah ya…