PAGI ini saya menonton video reel seseorang yang menyebut dirinya Doktor Bidang Entrepreneurships. Di profilnya ia menyebut dirinya adalah seorang pendidik, peneliti, konsultan dan trainer.
Salah satu video reel-nya menarik saya, yakni bercerita tentang kesalahan yang lazim bagi seorang Entrepreneur pemula.
Sebagaimana diketahui, beberapa pemula yang membuka usaha rintisan atau Startup banyak yang gulung tikar lantaran gagal dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaannya.
Nah, kalau gagal kemudian bangkit lagi, dan terus berusaha hingga belasan hingga puluhan kali, tentu ia bisa jadi memiliki jiwa Entrepreneur. Gagal lima kali, bangkit 17 kali.
Tetapi yang menjadi masalah adalah, begitu gagal, kemudian tidak pernah bangkit lagi. Nah, hal seperti inilah yang menjadi masalah lazim, umum dialami oleh para pemula.
Berikut kata seorang Doktor Ilmu Entrepreneurships yang saya kutip langsung dari videonya di Instagram.
1. Mereka menganggap Entrepreneurship cuma dagang doang.
Padahal, Entrepreneurship bukan dagang doang. Entrepreneurship itu adalah semangat keberpeluangan. Kalau dagang, itu bisa sukses, bisa down. Kalau dagangnya down, ya selesai. Tapi karena dia semangat keberpeluangan, makanya seorang entrepreneur itu jatuhnya 7 kali, bangkitnya 13 kali.
2. Kesalahan Entrepreneur pemula itu basisnya terlalu motivasional.
Padahal, seorang Entrepreneur itu harus berkutat pada operasional bisnisnya. Seorang pemula Entrepreneur bukan jagoan bisnis. Pemula adalah orang yang baru akan memulai belajar bisnis. Jadi jauh lebih banyak ketidaktahuannya daripada yang dia tahu.
3. Motivasi mereka menjadi Entrepreneur adalah untuk kaya.
Padahal, untuk jadi kaya raya tidak harus jadi Entrepreneur. Justru jika ingin menjadi kaya adalah dengan menjadi investor, karena bisa jauh lebih kaya raya daripada ketimbang menjadi seorang entrepreneur.
Oleh karena itu, motivasi yang benar, menurutnya, adalah menjadi Entrepreneur seharusnya adalah bagaimana bisnisnya sukses luar biasa.
Nah, ketika bisnisnya sukses luar biasa inilah yang menciptakan kekayaan. Kekayaan itu adalah dampak, bukan menjadi tujuan utama, yang perlu menjadi tujuan adalah kesuksesan bisnis. Karena melalui kesuksesan bisnis, kekayaan akan hadir.
Apakah Anda percaya dengan pernyataan tersebut?
Ya, kalau saya sih sepakat ya. Itulah mengapa saya perlu menuliskannya di sini. Hanya saja sekarang sedang dunianya AI, bukan lagi cuma dunia Searching, Google. Dunia Searching vs AI. Ini juga topiknya menarik.
Nah, bertanyalah saya lewat AI. Pikiran saya, kira-kira kalau menurut AI, apa kesalahan lazim seorang Entrepreneur pemula ketika dia gagal dan tidak mau bangkit lagi, kapok.
ChatGPT menyebut ada tujuh poin. Tapi, tiga di antaranya sudah disebut Doktor tersebut di atas. Berikut beberapa penyebab kesalahan tersebut:
1. Kurangnya pemahaman tentang kewirausahaan:
Banyak orang mungkin memiliki ide yang bagus atau semangat untuk memulai bisnis, tetapi mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang diperlukan untuk menjadi seorang entrepreneur yang sukses. Mereka mungkin salah menilai tingkat risiko, memahami pasar, atau bahkan tidak memiliki keterampilan manajemen yang diperlukan.
2. Motivasi yang salah:
Beberapa orang mungkin tergoda untuk menjadi seorang entrepreneur karena mereka melihatnya sebagai jalan pintas untuk kekayaan atau kebebasan finansial. Namun, kewirausahaan sejati membutuhkan lebih dari sekadar motivasi finansial. Itu memerlukan dedikasi, ketekunan, dan komitmen yang kuat terhadap visi bisnis.
3. Kurangnya perencanaan yang matang:
Seorang entrepreneur yang gagal mungkin kurang melakukan perencanaan yang matang sebelum memulai bisnis mereka. Ini bisa termasuk kurangnya perencanaan keuangan, analisis pasar yang buruk, atau tidak memiliki strategi pemasaran yang efektif. Tanpa perencanaan yang baik, bisnis bisa gagal bahkan sebelum dimulai.
4. Kesalahan dalam pengelolaan keuangan:
Pengelolaan keuangan yang buruk adalah penyebab umum kegagalan bisnis. Seorang entrepreneur mungkin tidak mampu mengelola arus kas dengan baik, tidak mengatur anggaran yang realistis, atau terlalu boros dalam pengeluaran bisnis.
5. Ketakutan mengambil risiko:
Kewirausahaan melibatkan pengambilan risiko, dan beberapa orang mungkin tidak nyaman dengan tingkat ketidakpastian yang terkait dengan memulai bisnis. Mereka mungkin terlalu hati-hati atau tidak mau mengambil langkah-langkah besar yang diperlukan untuk pertumbuhan bisnis.
6. Kurangnya adaptasi terhadap perubahan pasar:
Pasar selalu berubah, dan seorang entrepreneur yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut mungkin akan ketinggalan. Mereka mungkin terlalu teguh pada model bisnis mereka atau gagal melihat tren baru yang muncul.
7. Kurangnya jaringan dan dukungan:
Sebuah jaringan yang kuat dan dukungan dari mentor atau komunitas bisnis dapat membantu seorang entrepreneur mengatasi tantangan dan menghindari kesalahan yang fatal. Tanpa jaringan yang baik, seorang entrepreneur mungkin merasa terisolasi dan kesulitan mendapatkan saran atau bantuan yang diperlukan.
Kesalahan dalam mendefinisikan kewirausahaan dapat menyebabkan seorang entrepreneur membuat keputusan yang salah, menempatkan sumber daya mereka secara tidak efisien, atau bahkan mengabaikan aspek-aspek kunci dari bisnis mereka. Oleh karena itu, penting bagi seorang entrepreneur untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang diperlukan untuk berhasil dalam dunia bisnis dan siap untuk terus belajar dan berkembang seiring waktu.