
SAYA melongo ketika suatu hari mendengar seorang mahasiswa mengatakan dengan penuh semangat retorika di atas panggung, di depan khalayak mahasiswa lainnya. Begini ucapannya.
“Berakhlak belum tentu beradab, tapi beradab sudah pasti berakhlak.”
Betulkah pernyataan ini?
Baik, mari kita definisikan dan jelaskan hubungan antara berakhlak dan beradab serta bagaimana keduanya seharusnya ada pada setiap pribadi manusia:
Definisi Berakhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, “khuluq” (خُلُق) yang berarti budi pekerti, watak, tabiat, atau perangai.
Secara etimologis, akhlak merujuk pada kondisi internal yang melekat pada diri seseorang, yang menjadi sumber bagi semua tindakan dan perilaku.
Secara terminologis, akhlak adalah sistem nilai moral yang membedakan antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, benar dan salah, baik di dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Akhlak berfokus pada nilai-nilai dan prinsip moral yang diyakini dan dipegang oleh seseorang dalam hatinya. Ini mencakup kejujuran, keadilan, ketulusan, kasih sayang, keberanian, tanggung jawab, kesabaran, dan sebagainya.
Akhlak sangat menekankan pada motivasi dan niat di balik suatu tindakan. Bahkan jika tindakan terlihat baik, jika motivasinya buruk, maka tindakan tersebut tidak memiliki nilai akhlak yang tinggi.
Akhlak juga berkaitan dengan kondisi hati seseorang, seperti bagaimana ia menanggapi kebaikan dan keburukan, bagaimana ia mengendalikan hawa nafsu, dan bagaimana ia memelihara hati dari penyakit-penyakit hati.
Akhlak menekankan pada kesesuaian perilaku dengan nilai moral yang diyakini, baik dalam agama maupun dalam sistem nilai kemanusiaan yang universal.
Definisi Beradab
Adab juga berasal dari bahasa Arab, “adaba” (أدب) yang berarti sopan santun, tata krama, etika, kesusilaan, atau aturan perilaku yang baik.
Secara terminologis, adab adalah seperangkat aturan, tata cara, dan norma perilaku yang baik dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain atau lingkungan.
Adab lebih menekankan pada praktik dan bagaimana menampilkan perilaku yang baik dan sopan.
Adab berkaitan dengan tata krama dan etika dalam pergaulan sehari-hari, seperti cara berbicara, cara berpakaian, cara makan, cara berinteraksi dengan orang lain, dan lain sebagainya.
Adab berfokus pada bagaimana seseorang menampilkan perilaku yang baik dan sopan di hadapan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di tempat umum.
Adab juga menekankan pada kesesuaian perilaku dengan norma dan aturan yang berlaku dalam suatu masyarakat atau komunitas.
Adab lebih berfokus pada praktik dan penampilan perilaku yang bisa dilihat dan dinilai oleh orang lain.
Hubungan Antara Berakhlak dan Beradab
Idealnya, akhlak dan adab harus berjalan beriringan dan saling melengkapi. Mengapa demikian?
Berikut penjelasannya:
Akhlak adalah fondasi atau landasan bagi adab. Nilai-nilai moral (akhlak) yang baik menjadi sumber motivasi dan niat dalam menampilkan adab yang baik.
Tanpa akhlak yang baik, adab dapat menjadi palsu atau hanya topeng untuk menutupi kebusukan.
Adab adalah manifestasi atau wujud nyata dari akhlak. Nilai-nilai moral (akhlak) yang baik seharusnya tercermin dalam perilaku yang baik dan sopan (adab). Adab adalah cara kita mempraktekkan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Hubungan Ideal
Orang yang benar-benar berakhlak pasti akan beradab. Ini karena akhlak yang baik akan mendorongnya untuk selalu bersikap sopan dan menghargai orang lain.
Orang yang beradab, idealnya, juga memiliki akhlak yang baik. Adab yang tulus harus bersumber dari hati yang bersih dan niat yang baik.
Seorang filsuf zaman dulu, Aristoteles pernah mengatakan, pikiran melahirkan tindakan, tindakan melahirkan kebiasaan, kebiasaan menentukan karakter, dan karakter menentukan nasib.
Pernyataan Aristoteles sangat relevan dalam menjelaskan hubungan ideal antara akhlak dan adab. Pikiran yang baik (berakhlak) akan memengaruhi tindakan yang baik (beradab), yang akan membentuk kebiasaan baik, yang akan membentuk karakter mulia, dan pada akhirnya akan memengaruhi jalan hidup dan nasib yang baik.
Namun demikian, bisa saja terjadi ketidaksesuaian, yaitu ada orang yang tampak beradab, tetapi sebenarnya tidak berakhlak (hanya topeng), atau berakhlak, tetapi kurang dalam adab, misalnya, kurang dalam perilaku sopan santun.
Berakhlak dan Beradab dalam Setiap Pribadi Manusia
Setiap manusia seharusnya berupaya untuk memiliki akhlak dan adab yang baik, karena keduanya merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Upaya untuk berakhlak dan beradab merupakan bagian dari pertumbuhan spiritual dan moral yang berkelanjutan.
Akhlak dan adab adalah kunci untuk menciptakan kehidupan yang harmonis, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun dunia secara keseluruhan.
Penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan antara kondisi internal (akhlak) dan perilaku eksternal (adab).
Pendidikan yang baik harus mencakup penanaman nilai-nilai moral (akhlak) dan tata cara berperilaku yang baik (adab) yang didasari dengan ketulusan dan kejujuran.
Rujukan Al Quran dan Al Hadits
Mari kita telaah beberapa hal terkait akhlak dan adab yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits:
Akhlak dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam yang memuat banyak ayat tentang akhlak.
Beberapa di antaranya adalah:
Kejujuran (Shidq):
Q.S. Al-Ahzab (33:35):
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Ayat ini menekankan pentingnya kejujuran sebagai salah satu sifat yang mulia.
Q.S. Al-Baqarah (2:42):
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.”
Ayat ini memerintahkan untuk menjunjung tinggi kebenaran dan menjauhi kepalsuan.
Amanah (Kepercayaan):
Q.S. Al-Mu’minun (23:8):
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.”
Ayat ini menekankan pentingnya menjaga amanah atau kepercayaan yang diberikan.
Q.S. An-Nisa (4:58):
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Ayat ini menuntut untuk bersikap adil dan jujur dalam segala urusan.
Sabar (Shabr):
Q.S. Al-Baqarah (2:153):
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Ayat ini mengajarkan pentingnya sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup.
Q.S. Al-Imran (3:200):
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”
Ayat ini memerintahkan untuk bersabar dan teguh dalam menghadapi segala kondisi.
Pemaaf (Afw):
Q.S. Al-A’raf (7:199):
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”
Ayat ini menganjurkan untuk memiliki sifat pemaaf.
Q.S. Asy-Syura (42:40):
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
Ayat ini menekankan keutamaan memaafkan dan berbuat baik.
Kasih Sayang (Rahmah):
Q.S. Al-Fath (48:29):
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.”
Ayat ini menekankan kasih sayang sesama muslim.
Q.S. Ar-Rum (30:21):
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Ayat ini menekankan kasih sayang antar sesama manusia.
Tawadhu’ (Rendah Hati):
Q.S. Al-Furqan (25:63)
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”
Ayat ini menjelaskan bahwa hamba Allah yang sejati adalah mereka yang rendah hati dan mampu menahan diri dari amarah ketika dihadapkan dengan kejahilan.
Adab dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an juga mengajarkan tentang adab dalam berbagai aspek kehidupan:
Adab Berbicara:
Q.S. Al-Isra (17:53):
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.”
Ayat ini menganjurkan untuk berbicara dengan baik, menghindari perkataan yang menyakitkan atau menimbulkan perpecahan.
Q.S. Luqman (31:19):
“Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Ayat ini menganjurkan untuk bersikap sederhana dan merendahkan suara ketika berbicara.
Adab Bertamu dan Menerima Tamu:
Q.S. An-Nur (24:27-28):
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum diizinkan kepadamu. Dan jika dikatakan kepadamu: ‘Kembalilah’, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini mengatur adab bertamu, yaitu meminta izin sebelum masuk dan memberi salam.
Adab Berpakaian:
Q.S. Al-A’raf (7:31):
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Ayat ini menganjurkan untuk berpakaian yang baik dan sopan, terutama ketika beribadah.
Q.S. An-Nur (24:31):
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita (sesama islam) mereka, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Ayat ini memberikan aturan tentang berpakaian bagi wanita muslimah.
Adab Bergaul:
Q.S. Al-Hujurat (49:11-13):
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat ini mengajarkan tentang adab dalam bergaul, seperti tidak merendahkan, mencela, berprasangka buruk, menggunjing, dan selalu menghormati perbedaan.
Adab dan Akhlak dalam Hadis
Hadis juga banyak memberikan penjelasan tentang akhlak dan adab:
Akhlak Mulia (Husnul Khuluq):
Hadis Riwayat At-Tirmidzi:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari kiamat daripada akhlak yang baik (husnul khuluq). Dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara kotor dan keji.”
Hadis Riwayat Ahmad:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
Hadis ini menegaskan bahwa akhlak yang baik adalah tujuan utama diutusnya Rasulullah.
Adab Terhadap Sesama:
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim:
“Tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.”
Hadis ini menekankan adab untuk saling mencintai dan berbuat baik pada sesama.
Hadis Riwayat Muslim:
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak menzalimi dan tidak pula membiarkannya dizalimi.”
Hadis ini menekankan adab untuk tidak menzalimi dan saling melindungi.
Adab Berbicara:
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
Hadis ini mengajarkan untuk berhati-hati dalam berbicara, memilih kata-kata yang baik, dan jika tidak bisa berkata baik, lebih baik diam.
Adab Terhadap Orang Tua:
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim:
“Ridha Allah ada pada ridha orang tua dan murka Allah ada pada murka orang tua.”
Hadis Riwayat Bukhari:
“Celakalah, celakalah, celakalah orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya dalam usia lanjut, tetapi ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim)
Hadis ini menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua.
Kesimpulan
Jadi, akhlak lebih fokus pada nilai-nilai moral, hati, niat, dan motivasi internal. Sedangkan adab fokus pada tata cara, etika, sopan santun, dan perilaku eksternal dalam berinteraksi dengan orang lain.
Akhlak dan adab idealnya saling terkait, keduanya harus sinkron, tidak timpang sebelah. Ucapan dan perbuatan, qoulun wa fi’lun.
Al-Qur’an dan Al-Hadits memberikan panduan yang lengkap dan jelas mengenai akhlak dan adab. Keduanya merupakan aspek penting dalam ajaran Islam dan kehidupan seorang muslim.
Akhlak membentuk karakter internal yang mulia dengan nilai-nilai seperti kejujuran, amanah, sabar, pemaaf, dan kasih sayang.
Adab membentuk perilaku eksternal yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, meliputi adab berbicara, bertamu, berpakaian, dan bergaul.
Oleh karena itu, akhlak (budi pekerti) yang baik sudah seharusnya termanifestasi dalam adab (perilaku) yang baik.
Setiap individu hendaknya berupaya untuk memiliki akhlak yang baik yang menjadi landasan bagi adab yang baik, demi terwujudnya kehidupan yang harmonis dan bermakna.
Jadi, akhlak adalah landasan, dasar, atau pondasi bagi adab. Artinya, seharusnya tidak mungkin beradab tanpa landasan akhlak.
Jika beradab tanpa berakhlak, maka cirinya adalah pikiran yang didorong keinginan untuk dipuji, perilaku tampak sopan tetapi untuk tujuan tertentu, kebiasaan berpura-pura baik dan manipulatif, dan karakter oportunis dan hipokrit.
Dengan memahami hal ini, diharapkan kita dapat menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan beradab yang baik serta berkontribusi dalam menciptakan kehidupan yang harmonis.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang definisi, hubungan, dan pentingnya akhlak dan adab bagi setiap pribadi manusia.