Perjalanan menuju tempat kerja sore ini cukup jauh. Dari barat menuju selatan lewat tepi kota. Maklum, sy harus mampir dulu ke kantor pos besar sekadar mengirim berkas ke Berau, kemudian mampir ke Xerox sebelah.
Di tengah jalan kulihat penjual bakpao. Rasanya pingin beli. Sudah lama sekali gak makan bakpao. Okay, kali ini ada alasan beli sekadar untuk mengganjal perut.
“Pak, rasa kacang ijo dua…” kataku pada bapak-bapak penjual bakpao.
Tanpa bertanya ia cekatan membuka kukus bakpao dan memilih bakpao tanda hijau kacang ijo. Seketika aroma semerbak bakpao menusuk hidungku.
“Hm… Enak kayaknya,” pikirku. “Pak, pesen tiga aja,” kataku lagi.
Saat menyerahkan selembar uang 50ribu dari dompetku yang tipis, kulihat penjual bakpao ambil dompetnya yang ada di saku belakang celananya.
“Ya ampun, banyak betul uangnya, Pak,” kataku. Rasanya baru kali ini kulihat orang menyimpan duit tebal betul di dompet saku celana.
“Lha wong cuman recehan…” katanya merendah.
Memang, angsulnya beberapa lembar lima ribuan. Dan ini memang angsul yang kucari. Sepertinya dia tahu apa yang kucari, padahal ada banyak uang besar di dompetnya.
Pantas saja dia cukup tenang duduk menunggu pembeli, meski di tempat itu sering kukira tidak ada pembeli.
Ia tampak cukup santai menikmati kerjanya. Mungkin ia berprinsip kalau sudah rejeki takkan kemana.
Foto: flickr.com