AKHIR tahun tampaknya makin banyak pekerjaan. Bukan apa-apa. Ini terkait evaluasi yang biasa dilakukan di akhir tahun. Tujuannya, untuk mengetahui sampai sejauh mana capaian-capaian pekerjaan yang sudah disusun dan berjalan selama tahun 2018 ini.
Dengan mengevaluasinya, seorang pekerja, pengusaha, pendidik, hingga sebuah organisasi berharap memperoleh informasi yang akan digunakan sebagai bahan kajian, rekomendasi, pertimbangan, dan pengambilan keputusan.
Kajian dan pertimbangan itu digunakan untuk mengetahui apakah program atau pekerjaan (task) diputuskan perlu dilanjutkan atau tidak. Bisa saja perlu diganti karena melihat alternatif dan rekomendasi-rekomendasi. Bisa juga perlu diperbaiki karena memiliki kekurangan tetapi manfaatnya jauh lebih besar. Atau, mungkin juga perlu ditingkatkan jika telah mencapai sasaran dan tujuan tertentu.
Jadi, semuanya memiliki alasan, dasar, landasan, dan kajian sehingga memiliki kemungkinan perlu dipertimbangkan dan diambil keputusan.
Selama dua hari kemarin, Kamis-Jumat (13-14 Desember 2018), saya mengikuti rapat koordinasi yang diselenggarakan Yayasan Airlangga. Rasanya, baru kali ini mengikuti kegiatan ini dan mencatatnya disini. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang tidak memiliki catatan online karena belum punya website ini. 😉
Saya memandang, sebagai orang yang menjadi anggota dalam sebuah tim atau organisasi, sesuai peran, berarti saya dipercaya mampu bekerja sama dengan anggota tim lainnya untuk mewujudkan gol atau tujuan organisasi meraih visinya.
Penggambarannya, sangat mirip dan serupa dengan tim sepak bola. Setiap tim berlomba bermain kompak dan cantik. Masing-masing anggota tim bergerak dengan taktik dan mengikuti arahan dan strategi terbaik pelatih dan manajer.
Tujuan tim hanya satu, memasukkan gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan agar menjadi juara kompetisi dan meraih prestasi. Visi mereka, bisa jadi, menjadi tim terbaik dunia, yang jersey-nya banyak dikenakan fans dan penggemarnya dengan rasa bangga.
Saya jadi ingat dialog antara Gus Mus dan pak Quraish Shihab beberapa waktu yang lalu. Keduanya menggambarkan kehidupan di dunia ini, mirip seperti sebuah tim bermain sepak bola.
Menurut Gus Mus, permainan sepak bola itu aneh. Bolanya hanya satu, tapi dikejar banyak orang.
“Main bola itu kan aneh sekali, kenapa bolanya cuma satu tapi dikejar orang banyak sekali, sudah ditangkap kemudian ditendang lagi,” tutur Gus Mus, seperti dikutip dari Kompas.Com.
“Orang hidup itu seperti itu, main-main. Kita mengejar dunia, sudah dapat, dihambur-hamburkan, cari lagi. Sudah punya banyak, masih merebut punya orang lain. Jadi hidup jangan terlalu serius, seperti main bola saja,” tuturnya.
Sedangkan menurut Quraish Shihab, bermain sepak bola yang baik bisa diibaratkan seperti seseorang menjalankan kehidupan. Agar dapat bermain dengan baik dan mencetak gol, seorang pemain membutuhkan kerja sama dengan pemain lainnya. Selain itu, sebuah tim juga harus siap menerima kekalahan dalam sebuah pertandingan.
“Begitulah hidup. Harus berjuang, sabar, bersemangat. Tidak ada kecurangan dalam sepak bola. Tidak hanya sekadar permainan, tapi pelajaran,” kata Quraish Shihab.
Saya pikir, penggambaran sepak bola dalam kehidupan di dunia itu sama dengan penggambaran sepak bola dalam sebuah kehidupan pekerja di suatu organisasi. Sebuah analogi yang bijak dalam kehidupan nyata. Ada banyak pelajaran yang tersimpan dan bisa diambil manfaat positifnya.
Semoga Allah selalu memberikan kekuatan, keamanan, keselamatan, kelancaran, kesuksesan dan kebarokahan. Aamiin.
Itulah Rakor yg sebenarnya hingga pd tahap Rekomendasi program sebagai acuan / pegangan untuk menjalankan organisasi di tahun mendatang .menyongsong program jangka panjang meraih visi
siip… setuju… ???