
Paket Obat Isoman Kemenkes yang saya terima. Terima kasih Kemenkes.
SAAT menulis ini, saya sedang menjalani pengobatan isolasi mandiri. Sejak dinyatakan positif, Rabu (2/3) siang, saya baru mendapatkan obat yang diberikan dokter di UGD rumah sakit provinsi malam hari. Sedangkan obat Favipiravir baru tiba dari Kemenkes (Kimia Farma) dan diminum Sabtu (5/3) sore.
Setelah membaca ulang catatan kemarin, saya kemudian merenung. Saya menyadari hal itu muncul mungkin bisa jadi karena rasa cemas yang berlebihan.
Bayangkan, saya merasa sesak dada, nafas tersengal, kemudian muncul keinginan menginap di rumah sakit. Setelah dicek lewat pemeriksaan tensi, saturasi, tes darah, dan foto rongga dada, dokter menilai masih normal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Apakah hal ini menunjukkan bahwa saya mengalami gangguan kecemasan atau psikosomatik?
Kecemasan itu muncul dipicu karena sampai malam itu saya belum meminum obat terkait Covid. Saya berharap obat dari Kemenkes segera datang malam itu juga. Meski sebenarnya sadar tidak mungkin datang seketika.
Setelah mendatangi UGD, barulah malam itu saya bisa meminta dokter memberikan obat-obatan, meskipun hanya parasetamol dan vitamin-vitamin. Setelah mendapat obat inilah yang membuat saya kembali tenang dan lega.

Paket Obat Isoman Kemenkes Sudah Diterima
Lantaran sudah mendapatkan obat-obatan dari rumah sakit, saya dengan tenang menunggu datangnya paket obat dari Kemenkes. Sesekali saya cek tracking perjalanan paket sudah ada di mana lewat https://isoman.kemkes.go.id
Alhamdulillah. Sabtu (5/3) pukul 13.09 Wita paket obat sudah saya terima dengan status DELIVERED. Paket diantar abang Si cepat dan sampai di rumah dengan selamat. Berdasarkan data lacak, saya pesan hari Rabu (2/3) pukul 14.36 wib.
Masuk hari Kamis (3/3) ternyata kosong tidak ada catatan aktivitas. Ini mungkin karena tanggal merah hari libur nasional Hari Raya Nyepi. Libur nasional berarti tidak ada aktivitas pekerjaan, termasuk layanan paket ini.
Paket mulai PICKUP Jumat (4/3) sore. Hanya saja berdasarkan tracking delivery menunjukkan paket keluar masuk Balikpapan beberapa kali IN OUT, kemudian sekali ANT (antar) dan terakhir DELIVERED.
Nah, saya menduga paket obat ini dikirim dari Jakarta atau mungkin dari luar Balikpapan. Mengapa kok tidak di dalam kota saja?
Kemungkinan, pertama stok Favipiravir kosong, persis seperti yang dikatakan dokter di UGD tempo hari. Kedua, saya tadi melihat petugas antar Si Cepat membawa paket obat yang sama dalam jumlah banyak. Kemungkinan, si abang mencari alamat satu persatu. Cukup menyita waktu.
Nah, soal menunggu ini memang harus sabar. Masih ingat kata Bapak Presiden Jokowi yang viral beberapa waktu lalu? Beliau bilang: “Mbok sabar…”
Terima kasih Kemenkes, Dokter, telemedisin, Kimia Farma, pengantar paket Si Cepat, dan tentu saja terima kasih kepada tim pengembang aplikasi Isoman Kemenkes. Menurut saya, ini aplikasi sangat berguna dan keren banget.
Semoga yang sakit-sakit segera lekas sembuh sehat walafiat. Aamiin.