
Mahasiswa mengerjakan kuis di akhir kuliah tatap muka di kelas, Selasa (24/10). Foto: dok. pribadi
Mengajar mahasiswa baru tampaknya banyak sukanya daripada duka. Pasalnya, mahasiswa baru tampak semangat mengikuti kuliah sejak pekan pertama pertemuan.
Kesemangatan mereka terlihat dari kehadiran di kelas yang selalu penuh. Awal kuliah, memori mereka biasanya tajam, mudah mengingat hal yang berkesan.
Hingga tengah semester ini, selama saya menerangkan materi di depan kelas dengan bantuan slide presentasi, mereka tampak serius menyimak dan menulis catatan.
Saking seriusnya, pekan lalu saat kuliah berlangsung ketika saya sedang berbicara di depan kelas, salah seorang mahasiswi berteriak lantang meminta teman-temannya untuk diam, tidak mengobrol, dan segera fokus pada dosen.
“Diam kalian! Lihat ini dosen berbicara! Simak lah!” begitu kurang lebih.
Seketika kelas menjadi hening. Beberapa mahasiswa yang merasa heboh saat itu memberikan respons, mengarahkan pandangan kepada mahasiswi ini.
Saya melihatnya, sepertinya hal ini baru terjadi di kelas saya ini. Untuk mendinginkan suasana, saya pun berujar datar dan mencoba mengalihkan perhatian agar mereka kembali tertuju ke saya.
“Yak, ayo. Mari kita perhatikan ya. Jangan mengobrol sendiri,” ujar saya datar dan melanjutkan kembali seperti tidak terjadi sesuatu.
Dalam memaparkan materi, saya kemudian menyisipkan sedikit candaan, humor. Respons mereka, sebagian tertawa, tapi banyak yang tidak paham dengan ekspresi melongo.
Saya baru tahu di antara mereka ada yang tidak paham karena ada yang menuliskan pengalaman hari itu di dalam kuis.
Yup, sebelum kuliah berakhir, saya memberikan kuis yang langsung dikerjakan sebelum pulang. Kuis itu seputar materi yang sudah saya berikan hari itu, yakni Pengantar Aplikasi Produktivitas.
Paparan saya hari itu membahas tentang menulis menggunakan kakas Word. Saya yakin semua tahu kakas itu. Mereka adalah Gen Z yang lahir ketika Teknologi Informasi ada di sisinya.
Artinya, mereka pastinya sudah mengenal Teknologi Informasi ini sejak kecil, atau malah sejak lahir. Buktinya, di kuis-kuis sebelumnya mereka dengan mudah submit jawaban di classroom tanpa saya jelaskan sebelumnya.
“Literasi digital kalian sudah bagus! Buktinya, kalian bisa mengumpulkan kuis tepat waktu tanpa kesulitan, tanpa ada yang tanya-tanya bagaimana caranya. Hampir 100% berhasil,” kata saya memuji mereka.
Lantaran sudah mengenal kakas itu, maka hari itu saya dengan mudah menjelaskan materi tanpa kesulitan.
“Sebentar, tapi saya ragu. Meski kalian Gen Z, sudah belajar menulis sejak lahir, tetapi apakah kalian benar-benar bisa menulis?” tantang saya.
“Mari kita kuis ya, harus diketik. Jangan ditulis tangan. Tuliskan pengalaman Anda mengikuti kuliah hari ini,” tantang saya.
Saya kemudian memberikan petunjuknya. Tulisan harus mengikuti struktur konten, yakni ada heading, created by, lead, body, dan conclusion.
Setelah saya koreksi, belum semuanya, tapi sebagian besar tampaknya bisa menulis. Kira-kira di atas 70%. Good.