
Prof Dr Djoko Kustono, Tim BKD Ristekdikti dari Universitas Malang saat memberi paparan. Foto: dok. pribadi
Kamis (10/8), alhamdulillah, sy ikut acara sosialisasi yang digelar Kopertis XI, dengan pembicara yang tampaknya tidak asing lagi buat sy, Prof Dr Djoko Kustono, Tim BKD Ristekdikti dari Universitas Malang.
Terakhir sy bertemu pak Djoko lima tahun yll di acara yang serupa tapi tak sama. Awalnya, sy tidak tahu jika pak Djoko yang menjadi pembicara. Tapi, pada saat memperkenalkan diri dan mulai berbicara, sy baru ‘ngeh’ dan serasa pernah mengenalnya.
“Dosen sekarang ini kan enak to, bapak ibu,” kata pak Djoko dalam satu sesi siang itu.
Menurutnya, enak karena saat ini dosen itu tidak lagi mengajar dengan menggunakan teori behavioristik, melainkan konstruktivistik. “Pernah dengar itu ya?” tanyanya.
“Behavioristik itu… kalau kita bayangkan ilmu itu air, dosen itu punya air satu galon, lalu diberikan peserta didik, dapatnya sedikit-sedikit, karena menganggap bahwa peserta didik itu dapat ilmunya dari dosen,” terangnya seolah seperti memberi kuliah metode belajar mengajar.

Sedangkan teori konstruktivistik, lanjutnya, ilmu yang tidak lagi hanya didapat dari dosen saja, melainkan lebih luas, sehingga peserta didik mampu meng-ekstrak sendiri ilmunya dan mendapatkan ilmu yang lebih banyak.
“Kalau begitu apa tugasnya dosen?” tanyanya pada peserta. Menurutnya, tugas dosen itu memfasilitasi supaya peserta didik mendapatkan air lebih banyak.
“Sebagai contoh, kalau kamu kepingin dapat air matematika misalnya, kamu dari sini itu ke arah utara, jaraknya tiga kilometer, itu tugasnya dosen mengarahkan,” katanya. “Lalu disana ada perempatan, belok kiri, disitu ada masjid belakangnya ada air, silakan ambil air disitu, itu tugasnya dosen mengarahkan,” terangnya lagi.
“Sehingga, kalau dia kesana itu bawanya ciduk, ya dapatnya seciduk, kalau bawanya ember, ya dapatnya satu ember, kalau bawanya truk gandeng isi tangki, ya dapatnya dua tangki,” jelasnya.
Pak Djoko mengatakan, dengan demikian, seberapa banyak peserta didik mendapatkan ilmu tergantung seberapa besar perjuangan peserta didik mengekstrak ilmu itu sendiri. “Kan begitu?” ujarnya.
“Kalau dia nggak berangkat, ya… dosen harus memarahi supaya dia berangkat, memberi motivasi supaya berangkat,” ujarnya.
“Kalau sudah dapat air, dosen tugasnya apa?” tanyanya lagi. Menurutnya, dosen harus memeriksa kembali dan menilai air yang berhasil dibawa peserta didik. Jika air yang diperoleh itu tidak tepat, keliru, atau salah, maka air yang benar harus diambil lagi dengan benar.
Ia mengingatkan, saat ini media belajar lebih banyak dan mudah didapat. Oleh karena itu, sebagai dosen tidak perlu minder apabila kalah dibanding mahasiswa. Justru demikian itulah, dosen perlu meningkatkan diri dan terus mengarahkan peserta didik.
Paparan pak Djoko ternyata cukup banyak, apalagi sesi penyampaian tutorial programnya cukup cepat, seperti mengajari orang mahir. Di akhir sesi ada yang perlu digarisbawahi, yakni adanya laporan wajib khusus yang harus terindeks Sinta atau Arjuna. Artinya, rajin-rajinlah membaca, novelty, state of the art, menulis, submit sampai accept… lagi… lagi… dan lagi… terus…
Semoga lancar dan manfaat barokah. Aamiin.
1 thought on “Zaman Now, Jadi Dosen itu Enak!”