BIMBINGAN pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) yang dilakukan oleh mahasiswa kepada dosen penasehat akademik atau dosen wali di awal semester itu memiliki pola, alur, atau proses yang bervariasi tergantung perguruan tinggi tersebut. Tapi, meski prosesnya berbeda, pada dasarnya hampir semua proses bimbingan KRS zaman sekarang menggunakan teknologi informasi.
Nah, ketika berbicara tentang teknologi informasi, banyak orang mendefinisikan bahwa itu adalah Internet, Cloud, media sosial, dan atau sistem informasi berbasis web. Bahkan lewat media sosial, orang juga bisa memanfaatkannya untuk berjualan, membuat kelompok diskusi, atau bahkan melakukan bimbingan studi mengisi KRS.
Contoh. Saat ini banyak mahasiswa yang menghubungi dosen untuk bimbingan akademik lewat Whatsapp. Aplikasi pesan singkat ini cukup mudah dimanfaatkan dan mendapat balasan respon yang sangat cepat. Aplikasi ini cukup efektif untuk komunikasi singkat. Ciri pesan yang dibawa memiliki karakter pendek, singkat, dan jelas. Komunikasi dua arah atau lebih. Kelemahannya adalah sering terjadi kesalahan persepsi antar komunikan, menjadi bertele-tele, dan tidak efektif.
Ini berarti Whatsapp hanya sekadar tools untuk membantu berkomunikasi saja. Tanpa dengan Whatsapp pun sebenarnya orang juga bisa berkomunikasi, beralih ke Facebook Messenger atau SMS misalnya. Tetapi sebenarnya bukan terletak pada alat semata.
Begitu juga dengan Facebook. Adakalanya Facebook digunakan untuk membantu penjualan produk barang dan jasa. Paling sering adalah menggunakannya untuk promosi produk agar menjangkau calon pembeli lebih luas lagi. Ini berarti pengguna masih menganggap bahwa Facebook hanya sekadar tools untuk membantu memasarkan dalam rangka meningkatkan jumlah calon pembeli. Tanpa Facebook pun orang masih bisa berjualan bahkan bisa jadi lebih menguntungkan.
Harusnya bagaimana?
Teknologi informasi di zaman sekarang ini harusnya menjadi Enabler dan bukan lagi sebagai alat bantu atau tools belaka. Karena, andai tidak ada tools tersebut misalnya, maka proses itu masih bisa dilakukan tanpa bantuan teknologi. Beda dengan Enabler yang bukan hanya sekadar tools, tetapi Enabler itu adalah segala sesuatu yang dapat membantu mencapai tujuan dengan ringkas dan tepat. Ini berarti tanpa enabler, maka tujuan itu akan sangat sulit dicapai, kalau bukan disebut omong kosong.
Lalu, apa saja segala sesuatu yang disebut Enabler itu?
Setidaknya ada tujuh yang disebut “segala sesuatu” yang didefinisikan oleh COBIT 5. 1) Principles, policies and frameworks, 2) Processes, 3) Organisational structures, 4) Culture, ethics and behavior of individuals, 5) Information, 6) Services, infrastructure and applications, dan 7) People, skills and competencies.
Nah, berbicara soal enabler ternyata sangat panjang dan jelas sekali gak enak kalau dibahas disini, terlalu formal. Padahal disini hanya menunjukkan bagaimana proses bimbingan KRS dengan teknologi. Kebetulan saat ini ada perubahan penggunaan tools atau sistem informasi, dari tools lama yang memiliki fungsi dan kapasitas terbatas beralih ke tools yang lebih banyak fungsinya.