
Man's Search for Meaning, karya dokter Viktor E. Frankl.
BUKU Man’s Search for Meaning ini barusan saya terima hari ini, Kamis (2/6). Saya beli Senin (30/5) kemarin di Tokopedia. Harga yang harus saya bayar adalah 55ribu. Termasuk ongkos kirim 44ribu yang mendapat diskon 40ribu.
Meski bukan berlatar belakang ilmu Psikologi, tapi saya tertarik dengan kisah hidup dr. Viktor E. Frankl yang pernah berada di empat kamp kematian Nazi Jerman, termasuk di Auschwitz tahun 1942-1945.
Siapa yang tidak tahu kamp kematian Auschwitz pada masa kejayaan Nazi?
Seluruh orang di dunia saya kira semua tahu. Mengingat kekejaman tentara Nazi saat itu, Undang-undang di Jerman melarang segala bentuk pemasangan bendera atau simbol Nazi di seluruh dunia untuk menghormati para korban.
Dikutip dari DW.com, UU Jerman melarang menampilkan simbol-simbol Nazi, SS dan swastika di hadapan publik. Termasuk melarang penjualan barang-barang dengan simbol terkait serta gaya penghormatan Nazi di depan umum.
Meski demikian, simbol-simbol tersebut bisa ditunjukkan apabila digunakan untuk pendidikan kewarganegaraan, kegiatan menentang tindakan anti-konstitusional, kegiatan seni dan sains, penelitian dan pendidikan, cakupan peristiwa bersejarah, atau untuk tujuan yang serupa.
Nah, buku ini tidak bercerita tentang keganasan tentara Nazi saat itu. Di tengah keputusasaan ribuan tawanan Nazi di kamp tersebut, dokter Frankl melihat dan menemukan makna hidup.
Menurut dokter Frankl, kita tidak dapat menghindari penderitaan, tetapi kita dapat memilih cara mengatasinya, menemukan makna di dalamnya, dan terus melangkah maju mencapai tujuan baru.
Teori dokter Frankl ini kemudian disebut dengan logoterapi. Ia membuat postulat bahwa dorongan utama dalam hidup seseorang bukanlah kesenangan, melainkan penemuan dan pencarian makna hidup.
Sedangkan makna hidup, menurutnya, berbeda untuk setiap manusia, berbeda pula dari waktu ke waktu. “Karena itulah, kita tidak bisa merumuskan makna hidup secara umum,” kata dokter Frankl.
Ia mengatakan, apa pun bisa dirampas dari manusia, kecuali satu, yaitu kebebasan untuk memilih jalannya sendiri.
Baru saja membuat posting di media sosial tentang pak Bagong Margono dengan filosofi hidup dari Jawa, sopo weruh ing panuju besasat sugih pager wesi.
Saya tidak tahu apakah ini menunjukkan bahwa teori dokter Frankl itu benar. Bagaimana menurut Anda?