
Ilustrasi. Ramadan Karim. Google.
BULAN Ramadan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriah. Umat Muslim di seluruh dunia merayakannya dengan berpuasa satu bulan penuh, meningkatkan ibadah sunah salat tarawih atau salat malam, bersimpuh dalam sunyinya malam, mendaras Alquran penuh pengagungan, dan di sepuluh hari terakhir meningkatkan ibadah malam Qadar serta menunaikan zakat.
Puasa Ramadan merupakan salah satu dari rukun Islam. Rukun Islam antara lain bersyahadat, salat, zakat, puasa, dan haji bagi yang mampu.
Oleh karena itu, puasa Ramadan merupakan kewajiban yang harus dikerjakan oleh setiap Muslim. Jika berhalangan karena bepergian atau sakit, maka bisa digantikan dengan berpuasa di hari di luar Ramadan.
Khusus bagi yang tidak kuasa melaksanakannya seperti orang tua yang sangat tuanya, wanita hamil dan menyusui, maka cukup membayar fidyah.
Islam mengajarkan di bulan Ramadan keberkahan datang bak hujan yang sangat deras lagi lebat. Ini menggambarkan pengampunan terbuka lebar-lebar dan ganjaran atau pahala sangat berlimpah dan berlipat ganda.
Umat Muslim memiliki keyakinan bahwa setiap amal kebaikan yang dikerjakannya selama Ramadan, dengan niat hanya karena iman dan hanya mengharap rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, maka akan dibalas dengan balasan yang berlipat ganda. Begitu pula sebaliknya, setiap amal keburukan akan dilipatgandakan pembalasannya.
Bulan Ramadan merupakan waktu yang tepat bagi Muslim — yang beriman — untuk melipatgandakan ibadah lebih dari hari-hari biasanya. Berpuasa setiap hari dalam satu bulan penuh. Tidak makan dan minum atau hal-hal yang bisa menyebabkan batalnya puasa. Batal berarti puasa tersebut gugur. Adakalanya puasa tersebut dinilai sia-sia, dalam arti tidak sesuai rukun puasa, hanya sekadar menahan lapar dan dahaga.
Dalam menjalankan puasa Ramadan, umat Muslim juga diwajibkan untuk menahan diri dari godaan nafsu seperti menahan amarah dan berkata rofats, yakni kata-kata kotor yang mengundang nafsu syahwat, pornografi, porno aksi, atau bahkan puncaknya tidak tahan sehingga bersetubuh dengan istri di waktu sedang berpuasa Ramadan. Bila itu terjadi, kafarat atau penggantinya adalah berpuasa dua bulan berturut-turut. Sanggupkah?
Selain itu, umat Muslim dilarang untuk melakukan perbuatan tercela lainnya seperti berbohong, berdusta, mengadu domba, memprovokasi, menggunjing atau gibah, mengingkari janji, menipu, mencuri, mengumbar aib seseorang, membuat fitnah, menuduh orang berbuat tercela, dan melakukan perbuatan yang tergolong maksiat, yakni menentang firman Allah.
Tentu saja itu semua bukan berarti di hari selain Ramadan diperbolehkan melakukan perbuatan tercela dan maksiat. Justru di bulan Ramadan inilah, umat Muslim diingatkan ada waktu dan kesempatan untuk menghapus seluruh dosa-dosanya, dengan cara bersungguh-sungguh menghindari perbuatan tercela tersebut. Oleh karena itu orang perlu tahu apa saja perbuatan tercela dan maksiat tersebut.
Bahkan, jika beramal baik, maka balasan ganjaran dan pahala dijanjikan akan dilipatgandakan ratusan ribuan kali sesuai kehendak Allah. Dinaikkan derajat surganya. Dan di malam Qadar berlipat lebih baik dibanding 1.000 bulan. Apa saja amal baik yang bisa dilipatgandakan, umat Muslim juga perlu tahu.
Para sahabat zaman dahulu menggambarkan, ketika memasuki bulan Ramadan, Rasulullah melakukan ibadah bagaikan angin yang berhembus kencang. Maksudnya, amat sangat tinggi intensitas beribadahnya. Amal ibadah seperti apa yang bisa melejitkan pahala dan surga dengan lebih mudah.
Hingga akhir Ramadan, umat Muslim yang telah melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, memiliki harapan bahwa ibadahnya diganjar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan dihapusnya seluruh dosa-dosanya, kecuali dosa sesama anak cucu Nabi Adam. Oleh karena itu, Idulfitri menjadi momentum bagi sesama umat manusia untuk merajut kembali tali silaturahmi dan saling memaafkan.
Itulah mengapa di hari Idulfitri itu umat Muslim sangat bersuka-cita dan bergembira sehingga merayakannya. Mereka memiliki harapan besar bahwa dirinya kini bagaikan bayi yang baru dilahirkan, kembali bersih dari noda dan dosa.
Hal ini sulit untuk dirasakan bagi orang yang tidak memiliki keyakinan. Mereka menganggap Ramadan adalah bulan yang biasa, sama sebagaimana bulan lainnya. Tanpa Ramadan pun mereka berbuat sama saja. Ramadan tidak ada pengaruh sama sekali baginya.
Pasca Ramadan, umat Muslim yang berhasil melaksanakan ibadah Ramadan, maka secara otomatis dirinya akan terbiasa dengan seluruh ibadahnya selama Ramadan. Mereka tidak melakukan perbuatan tercela dan jauh dari perbuatan-perbuatan yang maksiat.
Pasca Ramadan, umat Muslim terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan rutinitas ibadah, baik ibadah wajib yang berhubungan dengan sang pencipta, maupun ibadah sosial yang berhubungan dengan sesama makhluk ciptaan-Nya. Inilah kurang lebih esensi dari takwa yang dimaksud, seperti pada tujuan berpuasa agar menjadi orang yang bertakwa.
Dari sinilah, kita menjadi berpikir bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan dengan niat karena iman dan mengharap rahmat-Nya semata, maka itulah yang akan bernilai ibadah berpahala. Bekerja mencari nafkah dengan sungguh-sungguh dan profesional, misalnya, maka akan bernilai ibadah dan berpahala. Sekolah dengan bersungguh-sungguh mencari ilmu, misalnya, maka akan bernilai ibadah dan berpahala. Bahkan menulis blog ini pun akan bernilai ibadah dan berpahala, apabila diiringi niat karena iman dan mengharap rahmat-Nya semata.
Jadi, apa yang kita lakukan di dunia ini seluruhnya tidak bisa dipisah-pisah hanya karena beranggapan sesuatu itu masuk ke ranah dunia atau ranah akhirat semata. Orang menganggap hanya salat, puasa, dan haji saja yang berpahala, sedangkan bekerja melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan ala kadarnya karena dianggap bukan ibadah. Sekolah menuntut ilmu dikerjakan dengan ogah-ogahan, karena dianggap bukan ibadah wajib. Mudah-mudahan kita terhindar dari perbuatan demikian.
Akhirnya, semoga kita dapat mengambil waktu dan kesempatan di bulan Ramadan ini. Menjadi sarana kita sebagai umat Muslim untuk berlatih dan menempa diri dalam meningkatkan intensitas amal ibadah, dengan disertai kualitas ibadah yang sesuai tuntunan, dikerjakan hanya semata iman dan berharap rahmat-Nya. Seluruh ibadah, baik ibadah wajib sebagai umat Muslim yang seutuhnya, maupun ibadah sosial sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya.
Ya Allah, semoga Engkau menyelamatkan kami dari segala penyakit dan segala ketidakmampuan diri untuk beribadah di bulan Ramadan. Semoga Engkau menyelamatkan kami dari tidak mengetahui bulan Ramadan. Semoga Engkau menyelamatkan kami dari melakukan perbuatan maksiat di bulan Ramadan.
Ya Allah, jadikanlah seluruh amal ibadah kami ibadah yang Engkau terima. Ampunilah kami. Berikanlah selalu rahmat-Mu kepada kami. Jadikanlah hamba-Mu ini termasuk golongan orang-orang yang bertakwa. Rabbana atina fid dunya hasanah, wafil akhiroti hasanah, waqina adzabannar. Aamiin ya Rabbal Alamin.