
Selasa, 20 Juni 2023 yll saya berkesempatan bertatap muka langsung di Balikpapan, di Pondok Pesantren Syekh Muhammad Arsyad Albanjari. Untuk pertama kalinya, kamera saya mengambil wajah Pak Mahfud dan KH. Jailani Mawardi. Foto: dok. pribadi
Terus terang saya mengenal Pak Mahfud MD, tapi jelas Pak Mahfud tidak kenal saya. Memang boleh? Haha…
Yup, saya mulai mengenal nama Pak Mahfud sejak tahun 2000 yll ketika menjadi Menteri Pertahanan di era Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Saat itu juga saya mulai mengenal nama UII, tempat Pak Mahfud awal mula berkarir sebagai dosen.
Ahaha… mungkin saya termasuk telat mengenal. Ya gapapa, to? Hihi…
Belum lama ini, hari Selasa, 20 Juni 2023 yll saya berkesempatan bertatap muka langsung di Balikpapan, di Pondok Pesantren Syekh Muhammad Arsyad Albanjari. Untuk pertama kalinya, kamera saya mengambil wajah Pak Mahfud dan KH. Jailani Mawardi.
Di hadapan para sesepuh, tokoh, ulama, pengasuh ponpes, santri, akademisi, dan para undangan, Pak Mahfud berbicara tentang Pesta Demokrasi Pemilu Serentak 2024 di 38 Provinsi di Indonesia, 14 Februari 2024 mendatang.
Saya mencoba mengingat kata-kata Pak Mahfud saat itu. Terus terang, saya sulit mencerna logat Madura Pak Mahfud yang masih kental.
Saat itu, Pak Mahfud sempat mengatakan politik itu bagian dari melaksanakan tugas agama. Di dalam Islam ada ilmu Fiqh Siyasah atau Fiqh Politik.
Berbicara tentang politik, menurut Pak Mahfud, ada dua yang perlu diketahui masyarakat, yakni politik inspiratif dan politik praktis.
“Politik inspiratif, politik yang berbicara tentang keadaan dunia atau negara menjadi semakin baik,” kata Pak Mahfud.
Menurutnya, berbicara tentang keadilan, kesetaraan, keteladanan, memerangi kemiskinan dan melawan korupsi itu adalah politik inspiratif.
Oleh karena itu, berbicara politik inspiratif di masjid, menurut Pak Mahfud, diperbolehkan.
Berbeda dengan politik praktis yang digunakan oleh orang untuk menang dengan segala cara yang dapat memecah belah masyarakat.
“Kamu jangan pilih partai ini. Jangan pilih orang ini. Haram! Nah itu tidak boleh,” tutur Pak Mahfud.
Oleh karena itu, menurut Pak Mahfud, politik praktis tidak diterapkan di segala tempat, apalagi di rumah ibadah atau di sekolah, karena sangat berbahaya dan menumbuhkan perpecahan di masyarakat.
Semoga bermanfaat.