
Tangki motor pesok. Foto: dok. pribadi
“Wah… kok pesok?” gumam saya ketika melihat pertama kali tangki merah motor ini pesok, di tempat parkir sebuah rumah sakit, usai kontrol berobat dokter.
Kok bisa ya? Kenapa? Motor di sebelah aman saja kok. Apa sengaja dipukul orang pakai besi pipa? Siapa yang memukul? Jangan-jangan orang itu. Tadi dia menata motor-motor di parkiran.
Jangan-jangan gegara parkir sembarangan di dekat pintu masuk, eh… bisa jadi dia marah melihat motor ini agak menutup pintu. Bisa jadi dia melampiaskan diri sambil memukulnya, makpletak!
Sesampainya di rumah, saya katakan pada ibunya anak-anak. “Motor merah tangkinya pesok, itu catnya sampai terkelupas. Mungkin dipukul besi orang itu kali ya, sampai kayak gitu. Tadi lihat gak?”
“Oh, lihat, tadi ada orang atur-atur motor parkiran,” katanya.
“Mungkin dia lagi suntuk kali. Kita laporkan saja gimana? Harus dicari buktinya lewat CCTV nih,” ujar saya. Ibunya anak-anak cuma diam, tidak merespons.
Malam itu, entah kenapa, saya menonton salah satu video reels yang tiba-tiba lewat di beranda media sosial. Video pendek satu menitan.
Video itu bercerita tentang seorang pencari kayu bakar. Diceritakan, suatu hari, pencari kayu bakar itu kehilangan kapak yang biasa ia gunakan untuk mencari kayu bakar.
Seorang tetangganya lewat di depan rumahnya berangkat mencari kayu bakar. Tetangganya itu menyapa dirinya dan tersenyum ramah, tampak santun.
Dia melihat tetangganya itu membawa kapak. Dia menduga kapak itu miliknya, tapi dia menahan diri untuk bertanya pada tetangganya.
“Kayaknya kapak itu punyaku. Coba lihat saja senyumnya dia, kayaknya senyum palsu. Sepertinya dia menutup-nutupi diri dengan berpura-pura tersenyum, Huh, dasar senyum palsu!” gumam si pencari kapak.
Hingga sore tiba, si tetangga pulang membawa banyak kayu bakar. Tetangganya itu lewat di depan rumahnya dan kembali menyapa ramah dan tersenyum.
Esoknya, ia akhirnya mencari kembali kapaknya itu di rumah. Dan dia temukan di dalam laci yang disimpan istrinya. Dia kaget bukan main, telah berburuk sangka pada tetangganya.
Saya yang menonton video itu menilai hanya cerita biasa. Video biasa yang dibuat untuk mendapatkan rating tontonan. Saya masih belum menyadari bahwa video itu seolah memberi nasehat pada saya.
Selang dua hari berikutnya, saya pulang kerja agak sore ketika teman-teman sudah pada pulangan. Kantor sudah tampak sepi.
“Pak! Kemarin motornya rebah sebelah kanan, tapi ketahan tiang dilarang parkir, itu pesok. Ayo saya tunjukkan,” kata Pak Yutikno, kepala security.
Wah… makjegagik! Ternyata saya selama ini salah. Telah berburuk sangka dan menyimpan kecurigaan pada orang yang tidak bersalah.
Saya kemudian mengucapkan terima kasih pada Pak Yutikno yang telah memberi tahu saya. Saya tidak tahu apa jadinya jika saya selalu berburuk sangka pada orang yang tidak bersalah.
Saya jadi teringat pernah menonton video reel itu. Benar, sepertinya cerita video itu memberi nasehat pada saya agar tidak berburuk sangka.
Entah, apa yang saya pikirkan, ternyata muncul di media sosial. Sepertinya di kepala saya ada semacam cookies, yang mengirimkan sinyal atau pesan kepada server media sosial.
Apakah Anda juga merasakan hal yang sama?
Jadi, apa yang selalu Anda pikirkan?
Semoga manfaat barokah. Aamiin.