Di sela-sela pekerjaan yang menunggu diselesaikan, saya sempatkan untuk mencatat beberapa catatan penting untuk Kabinet Indonesia Maju, yang baru di-launching Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden KH Amin Ma’ruf, Rabu (23/10) kemarin.
Setidaknya ada hal menarik yang perlu saya tulis disini. Pertama, pesan Bapak Presiden kepada para pembantunya. Kedua, Mendikbud baru, Pak Mas Nadiem Makarim (35). Catatan nomor dua ini terkait posisi saya yang bekerja di bawah, sebelumnya, Ristekdikti, dan kini berubah kembali ke Kemendikbud.
Ada pesan Bapak Presiden yang saya perlu tulis disini. Tujuannya, untuk catatan jika di kemudian hari perlu diungkap kembali sebagai pelajaran. Saya sebagai rakyat biasa juga merasa membutuhkan pesan Bapak Presiden. Sebagai seorang pemimpin negeri, tentu banyak ungkapan dan pernyataan positif yang menjadi perhatian, perkeling, atau pengingat segenap rakyat Indonesia.
Dikutip detik.com, berikut pernyataan Bapak Presiden.
Saya juga sudah memerintahkan kabinet. Untuk yang pertama, jangan korupsi. Menciptakan sistem yang menutup terjadinya celah korupsi. Yang kedua, tidak ada visi misi menteri, yang ada hanya visi misi presiden dan wakil presiden. Kita semua harus kerja cepat, kerja keras dan kerja yang produktif. Yang keempat jangan terjebak dalam rutinitas yang monoton. Yang kelima kerja yang berorientasi hasil nyata. Kemarin sudah sampaikan, tugas kita bukan hanya send. Tetapi delivered. Keenam selalu mengecek masalah di lapangan dan temukan solusinya. Terakhir, semuanya harus serius dalam bekerja. Saya pastikan yang nggak serius, nggak sungguh, saya berikan kemarin semuanya hati-hati. Bisa dicopot di tengah jalan. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih.
Dari tujuh pesan Bapak Presiden ini, semua saya rasa sangat penting dan lazim disampaikan oleh para pemimpin pada umumnya. Tujuh pesan ini menjadi perhatian seluruh rakyat Indonesia, tetapi dapat diterapkan untuk organisasi kecil di lingkungan keluarga.
Perhatian saya kemudian beralih pada pesan ini. “Tugas kita bukan hanya send, tetapi delivered“
Apa beda send dengan delivered?
Kebetulan, Kamis pagi ini saya baru saja mengirim pesan singkat pada seseorang di suatu perusahaan di Surabaya. Saya ingin mengetahui sampai dimana paket yang saya kirim hari Senin kemarin, apakah sudah diterima atau belum. Ternyata si penerima pesan sedang di Jakarta. Ia mengatakan belum menerima kabar dari perusahaan bahwa paket sudah diterima.
Saya kemudian memastikan paket yang telah saya kirim (sent) lewat jasa pengiriman (shipment). Melalui sistem yang dimiliki jasa pengiriman tersebut, saya dapat mengetahui paket ternyata telah tiba di tujuan (destination) hari Selasa (date received) dan diterima tangan penerima (receiver). Jasa pengiriman kemudian menyebutnya delivered. Artinya, paket telah diberikan ke tangan penerima (received).
Ada istilah send, shipment, destination, date (time), receiver, received, dan delivered.
Dengan demikian, di dalam setiap pendelegasian tugas dan pekerjaan, Presiden mengingatkan agar para pembantunya memastikan pesan-pesannya benar-benar telah diterima si penerima pesan yang sebenarnya. Jika pesan itu tidak sampai kepada penerima karena kesalahan pengirimnya, maka Presiden akan menggantinya. It’s simple method.
Sementara itu, Pak Mas Nadiem Makarim, seorang pendiri dan pebisnis Gojek, kini melepaskan Gojek dan beralih ke politik dan pemerintahan. Ia dipercaya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) plus mengelola Pendidikan Tinggi (Dikti) Kabinet Indonesia Maju.
Ini yang membuat orang bertanya-tanya, apa yang diketahui Pak Mas Nadiem terhadap pendidikan di Indonesia sehingga berani menerima tantangan ikut ambil bagian menjadi “penyampai pesan” Presiden?
Dikutip dari detik.com, Mas Menteri mengatakan dunia pendidikan Indonesia adalah yang terbesar keempat di dunia, namun belum banyak perubahan dalam 20-30 tahun terakhir meskipun Mendikbud dan Menristekdikti sudah membuat banyak kemajuan. Meski demikian, ia mengatakan akan melanjutkan program sebelumnya.
“Mau nggak mau dengan 300 ribu sekolah dan 50 juta murid, peran teknologi akan sangat besar dalam kualitas, efisiensi dan administrasi sistem pendidikan. Jadi peran teknologi sangat penting. Kita harus mendobrak, kita harus berinovasi,” tutup Mas Nadiem.
Saya pikir semua tahu arahnya kemana. Program-program yang sejatinya sudah dibangun sebelumnya tampaknya akan dilanjutkan. Hanya saja, Mas Menteri akan menguatkannya dengan ‘mendobrak’ sesuatu yang selama ini menjadi ganjalan, batu sandungan, agar program-program tersebut makin sukses sampai kepada ‘si penerima’ seiring dengan perkembangan zaman, begitu kali ya?
Ok Mas Menteri, semoga lancar, sukses, dan berkah untuk semua rakyat Indonesia. Aamiin.