SALAH satu cara belajar di era pandemi Covid-19 ini adalah melalui video konten. Dengan cara mengakses tutorial atau petunjuk langsung atau mengambil pembelajaran dari konten sharing pengalaman. Terus terang saya justru banyak mengambil pelajaran dari sana sejak 5 tahun terakhir ini, seperti mempelajari Bali dan budayanya.
Selama awal pandemi ini, bulan Mei, Juni, dan Juli saya mengikuti beberapa kelas online. Tentu, ini saya sesuaikan dengan preferensi saya. Tidak semua materi saya ikuti.
Tapi sayang, semua materi yang saya ikuti tersebut bersifat tertutup. Tidak boleh dibagikan sembarangan di media seperti YouTube dengan alasan tertentu. Macam-macam, bisa jadi karena lisensi atau alasan bisnis. Materi-materi tersebut hanya untuk konsumsi peserta yang terdaftar saja.
Seperti halnya kemarin, saya mengikuti materi di kumparan dot com perihal UMKM, Usaha Milik Kaum Milenial. Tampil sebagai narasumber Menteri BUMN Erick Thohir, pengusaha Rosan Roslani, dan Sandiaga Uno.
Saya sudah mencatat diskusinya sih. Yah… meski saya sudah merasa cukup, tapi catatan ini sulit jika diverifikasi ulang karena saya pikir tidak ada rekaman videonya. Ternyata ada di Channel Kumparan ini.
Salah satu yang saya catat adalah pesan pengusaha Rosan Roslani yang mengatakan bahwa usaha itu dimulai dari niat. Kata pak Roslan, bisnis itu diawali niat dan nawaitunya harus selalu baik, kalau niat bener Insyaallah jalannya ke depan itu selalu lancar.
“Saya ke banyak bisnis yang tidak ngetren, kita lihat prospek masih ada, harus sabar, pengusaha harus berani melangkah, siap risiko, kalau tidak berani melangkah ya tidak usah jadi pengusaha lah,” katanya.
Sandiaga Uno cukup berbeda. Ia mengatakan teman itu adalah aset, untuk itu jaga silaturahim kita, jaga hubungan kita. “Gunakan pandemi ini sebagai pembuka jalan kita membuka peluang usaha, lapangan kerja, mempercepat ekonomi bangsa,” pesannya.
Sementara itu, pak Erick Thohir bilang, pengusaha itu harus punya risiko. Memang di masa krisis pengusaha harus berani ambil keputusan.
Saya menilai, pak Erick cukup hati-hati berbicara lantaran ia merupakan pejabat negara. Meski, pada beberapa kesempatan jika terkait milenial, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya milenial. “Dressing-nya terasa mercon nih!” canda pak Erick saat mencicipi jamu pedas produk kuliner milenial di kanal YouTube Najwa Shihab.
Terkait latar belakangnya sebagai pengusaha sukses, Mbak Nana tanya soal pengalaman ketika membangun usahanya. Pak Erick bilang, ia percaya tiga hal sejak awal membangun bisnis.
Pertama, segmentasi. Menurutnya, segmentasi penting karena ia meyakini akan menjadi keunggulan.
Kedua, harus punya tim yang baik.
Ketiga, tidak berpuas diri. Menurutnya, produk itu selalu berkembang.
Berbeda dengan Menteri Pariwisata Wisnutama, ia mengatakan ketika akan mengerjakan sesuatu itu pertama mempelajari lebih dulu kekuatan dari apa yang akan dikerjakan. “Pada saat menjalankan harus yakin banget bisa mengerjakan hal itu,” katanya.
“Nah, keyakinan kita itu akhirnya membawa aura, membawa kekuatan terhadap siapapun yang mendengar konsepnya, pelaksanaannya, dalam merekrut tenaga kerjanya, dan sebagainya,” tuturnya. Ia mengatakan, jatuh bangunnya itu berkali-kali, tidak ada yang cuman sekali terus sukses.
“Saya meyakini gini Mbak Nana, semakin banyak gagalnya, kalau kita nggak nyerah, hasilnya akan semakin dahsyat,” tuturnya.
Dari dua narasumber ini menekankan peluang bisnis di masa pandemi Covid-19 ini peluangnya justru besar sekali.
Hm… mau bisnis nih? Semoga lancar barokah. Aamiin.